Pemerintah pada Senin (10/2) meluncurkan program Cek Kesehatan Gratis (CGK) senilai Rp3 triliun sebagai upaya untuk mencegah kematian dini. Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa program itu adalah inisiatif terbesar yang pernah dilakukan dalam sejarah NKRI.
Kementerian menyatakan bahwa dalam program itu, setiap warga yang berulangtahun berhak mendapatkan pemeriksaan gratis. Pemeriksaan tersebut, yang bersifat sukarela, mencakup pengecekan tekanan darah, tes untuk menilai risiko masalah jantung atau stroke, serta pemeriksaan mata.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kepada Reuters pada minggu lalu bahwa program itu pada awalnya hanya menargetkan anak-anak di bawah enam tahun dan orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.
Data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menunjukkan bahwa penyebab utama kematian di Indonesia, yang merupakan negara terpadat keempat di dunia, didominasi oleh panyakit stroke, penyakit jantung, dan tuberkulosis.
Budi menyebutkan bahwa alokasi Rp3 triliun untuk program tersebut sebenarnya Rp1 triliun lebih rendah dari rencana awal, karena Presiden Prabowo Subianto memerintahkan pemangkasan anggaran untuk dialihkan ke program-program prioritas, termasuk pemberian makanan bergizi gratis untuk anak-anak sekolah.
Di sebuah pusat kesehatan di Jakarta pada Senin, sekitar 30 orang terlihat mendaftar untuk pemeriksaan pada hari pertama program tersebut.
Seorang guru bernama Ramika Dewi Saragih mengatakan dia menjalani pemeriksaan payudara, leher rahim, mata, dan lainnya tanpa merasa khawatir. "Saya sangat menantikan ini," kata perempuan berusia 33 tahun tersebut. Ia menambahkan bahwa lebih banyak orang harus memanfaatkan kesempatan itu.
Juru bicara Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa target pemeriksaan tahun ini adalah 100 juta orang.
Budi mengatakan program ini bertujuan untuk mendorong perawatan preventif, mengingat orang Indonesia cenderung hanya memeriksakan diri ketika sudah menderita suatu penyakit.
"Budaya kita adalah memeriksa ketika kita sudah sakit ... itu sungguh terlambat," katanya.
Dia menyatakan bahwa program ini adalah yang terbesar yang pernah dilaksanakan kementerian, bahkan melebihi program vaksinasi COVID-19.
Budi menambahkan, pemeriksaan yang akan dilakukan di lebih dari 20.000 pusat kesehatan dan klinik ini juga mencakup tes kesehatan mental untuk mendeteksi tanda-tanda depresi atau kecemasan.
Peneliti di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial Universitas Indonesia mengingatkan bahwa program ini berpotensi membebani pusat-pusat kesehatan lokal yang sudah kewalahan, mengingat tidak meratanya distribusi obat-obatan dan tenaga medis. [ah/rs]
Forum