Pertemuan di Brussel itu berlangsung satu hari setelah PM Irak Nouri al-Maliki menyerah pada tekanan internasional untuk mundur dan mendukung penggantinya yang telah dicalonkan, Haider al-Abadi.
Langkah itu kemungkinan akan mendorong masuknya bantuan militer asing yang lebih besar bagi rakyat Irak yang sedang memerangi militan Negara Islam (ISIS) yang telah mengambil alih banyak wilayah di Irak baratlaut.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton hari Jumat mengatakan sebelum pertemuan para menteri itu bahwa blok Uni Eropa “puas” dengan kehadiran al-Abadi dan berharap “akan terjadi stabilitas politik lebih besar” di Irak.
Selama ini terjadi tekanan semakin kuat terhadap Uni Eropa untuk ikut menghentikan ofensif Negara Islam atau ISIS di Irak. Banyak yang memperingatkan bahwa militan itu lambat laun bisa menggunakan wilayahnya untuk melancarkan serangan ke negara-negara Barat.
Uni Eropa tidak sepakat mengenai bagaimana menangani krisis itu. Beberapa negara, termasuk Inggris dan Perancis, mengikuti jejak Amerika dengan mempersenjatai pasukan Kurdi yang kalah dalam jumlah dibanding kelompok ISIS.
Negara-negara Uni Eropa lain, termasuk Jerman, ragu-ragu untuk melibatkan diri dalam konflik itu, dan lebih memilih untuk mengirim bantuan kemanusiaan.