Peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan menunjukkan peningkatan dalam jumlah maupun pendapatan secara ekonomi. Namun, jarak yang masih jauh dengan laki-laki, memaksa perempuan meningkatkan kualitas untuk menunjang pertumbuhan manusia Indonesia secara umum.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menyebut perempuan merupakan penunjang utama kebangkitan perekonomian nasional karena peran perempuan sebagai pekerja maupun wirausaha yang menopang ekonomi keluarga. Pada seminar menyambut hari Ibu, yang diadakan Ikatan Inti Madya Perempuan Indonesia, Sandiaga mengatakan, 61 persen perekonomian nasional ditopang oleh UMKM yang berjumlah sekitar 65 juta. Dari angka itu, 64 persen pelaku UMKM di Indonesia adalah kaum perempuan, sehingga perlu pemberdayaan perempuan dalam bidang wirausaha secara lebih intensif.
“Bangkitnya perekonomian nasional adalah bangkitnya UMKM, serta bangkitnya perempuan Indonesia yang berdaya, khususnya dalam bidang ekonomi sebagai pelaku usaha UMKM, yang memiliki peranan sangat penting bagi ketahanan ekonomi keluarga, juga bagi negara,” ujar Sandiaga Uno.
Deputi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bidang Kesetaraan Gender, Lenny N. Rosalin, mengatakan indeks pembangunan manusia diukur berdasarkan indikator pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Meski secara umum indeks pembangunan manusia mengalami peningkatan selama sebelas tahun terakhir, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan masih lebih rendah daripada laki-laki.
Lenny menyebut pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, khususnya pada kaum perempuan, perlu ditingkatkan lagi hingga setara dengan laki-laki. Kesetaraan diharapkan mampu mengatasi persoalan-persoalan terkait kesejahteraan masyarakat, seperti tingginya angka pekerja anak dan perkawinan anak, serta masalah kesehatan dan kemiskinan.
“Selama sebelas tahun terakhir, indeks pembangunan manusia kita meningkat. Tetapi perempuan itu yang paling bawah garisnya, sementara laki yang paling atas. Kita lihat gender gapnya, ternyata sebelas tahun gender gapnya tidak terlalu berubah. Jadi, pendidikan dan kesehatan, serta ekonomi, itu ternyata memegang peran kunci. Dan meskipun dia (perempuan) meningkat, ternyata belum memberikan dampak meningkat yang signifikan,” terang Lenny.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, mengatakan potensi perempuan dalam bidang ekonomi khususnya kewirausahaan, telah terbukti mampu memberikan sumbangan besar bagi perekonomian bangsa. Peningkatan itu menurut Bintang, tidak hanya meningkatkan perempuan secara individu, melainkan meningkatkan pemberdayaan perempuan secara kelompok.
“Dari total UMKM di Indonesia, lebih dari setengahnya dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Dalam mengelola usahanya, para perempuan ini juga tidak menjadikan profit sebagai satu-satunya alasan menjalankan usaha, kebanyakan UMKM. Justru menjadi ruang pemberdayaan bagi perempuan-perempuan lain di lingkungannya,” kata I Gusti Ayu Bintang.
Pemerintah, kata Bintang, berkomitmen menjamin kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, khususnya melalui peraturan perundangan yang memastikan perempuan setara dalam aksesibilitas, kapasitas, maupun peran serta dalam pembangunan.
“Atas berbagai potensi yang dimiliki perempuan, serta peran besarnya dalam pembangunan nasional, pemerintah sejak awal telah menjamin kesetaraan akses bagi perempuan melalui berbagai peraturan perundangan, serta terus mendorong peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai pendekatan,” lanjut Bintang.
Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) asal Surabaya, Anna Melani, menyebut peningkatan kapasitas perempuan menjadi kebutuhan yang mendasar untuk dapat bersaing dalam dunia kewirausahaan. Pembekalan kemampuan dan kemudahan akses modal, serta bantuan promosi dan pemasaran, sangat dibutuhkan wirausaha perempuan untuk menembus persaingan global.
“Saat ini yang paling dibutuhkan adalah akses permodalan yang mudah dijangkau, serta bantuan promosi dan pemasaran di pasar global. Ini sangat diperlukan pelaku wirausaha perempuan agar dapat lebih meningkatkan perekonomiannya, tidak sekadar pelatihan-pelatihan saja. Sejauh ini pelaku usaha perempuan masih belum cukup setara dengan pelaku usaha laki-laki, khususnya dalam hal aksesibilitas,” tutur Anna. [pr/ka]