Pakistan Kamis (30/1) mengatakan telah memberi para pemimpin Taliban di Afghanistan “bukti yang cukup” untuk mendukung klaimnya bahwa militan menggunakan senjata modern yang ditinggalkan militer AS untuk melakukan terorisme lintas perbatasan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Shafqat Ali Khan dalam konferensi pers mingguan di Islamabad mengatakan bahwa kehadiran senjata canggih AS di negara tetangganya itu “masih menjadi sumber kekhawatiran,” dan telah berkali-kali dikomunikasikan kepada pemerintah Taliban di Kabul.
“Bukti-bukti diberikan secara berkala,” kata Khan sewaktu diminta berkomentar mengenai apakah Pakistan memberikan bukti kepada Taliban.
“Kami telah memberikan bukti yang cukup, dan ini masih menjadi komponen penting dialog kami dengan otoritas Taliban, untuk menyampaikan bahwa teroris menikmati perlindungan [di Afghanistan] untuk melakukan serangan di dalam Pakistan,” tegas juru bicara itu.
Khan mengatakan Islamabad secara konsisten telah mendesak pemimpin de facto Afghanistan agar memastikan senjata itu “tidak jatuh ke tangan yang salah.”
Hamdullah Fitrat, wakil juru bicara Taliban, Kamis menolak keras tuduhan bahwa perangkat keras militer yang dipermasalahkan itu telah diperoleh organisasi teroris dan digunakan dalam serangan terhadap teritori Pakistan.
“Semua senjata dan peralatan militer dirawat dan disimpan dengan aman untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan,” kata televisi pemerintah yang dijalankan Taliban seraya mengutip klaim Fitrat.
Pakistan telah melihat peningkatan serangan militer sejak Taliban merebut kembali kekuasaan di Kabul, menyebabkan kematian ratusan warga sipil dan personel keamanan. Kekerasan ini terutama dikaitkan dengan Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris global. Islamabad mengklaim TTP telah dilindungi dan didukung oleh penguasa de facto Afghanistan.
TTP melancarkan serangan mematikan selama lebih dari 15 tahun. Namun, para pakar regional mencatat peningkatan presisi dan daya mematikan serangan militan terhadap aparat keamanan Pakistan selama beberapa tahun terakhir, sehingga menimbulkan korban besar pada mereka.
Pasukan Barat yang dipimpin AS ditempatkan di Afghanistan untuk melindungi pemerintah dukungan internasional di Kabul selama hampir dua dekade. Mereka tergesa-gesa mundur dengan kacau pada Agustus 2021, hanya beberapa hari setelah Taliban yang ketika itu merupakan kelompok pemberontak merebut kembali kekuasaan di negara Asia Selatan yang dicabik-cabik perang itu.
Sebuah laporan Departemen Pertahanan AS pada 2022 mendapati bahwa perangkat keras militer bernilai sekitar $7 miliar tertinggal di Afghanistan setelah penarikan militer tuntas. Peralatan itu, di antaranya pesawat, amunisi serangan udara-ke-darat, kendaraan militer, senjata, peralatan komunikasi dan material lainnya kemudian disita Taliban.
Presiden Donald Trump pada malam menjelang pelantikannya berjanji akan menarik persenjataan militer AS dari Taliban. Ia mengklaim pemerintahan pendahulunya, Joe Biden, “memberikan peralatan militer kita, sebagian besar, kepada musuh.”
Trump menyatakan bantuan finansial mendatang untuk Afghanistan akan bergantung pada pengembalian peralatan militer AS.
“Jika kita mampu membayar miliaran dolar setiap tahun, beritahu mereka kita tidak akan memberi mereka uang kecuali jika mereka mengembalikan peralatan militer kita,” katanya.
Para pejabat Taliban tidak menanggapi secara terbuka pernyataan Trump tetapi secara pribadi mengklaim mereka berjuang melawan dan mengalahkan pasukan Amerika, memperoleh peralatan mereka sebagai “rampasan perang.”
Pemerintah Kabul, yang tidak diakui oleh negara mana pun, telah berulang kali memamerkan perlengkapan militer AS dalam apa yang mereka sebut perayaan hari kemenangan selama tiga tahun terakhir ini. [uh/ab]
Forum