Tautan-tautan Akses

Misi PBB: Perundingan Nuklir Iran-AS Memungkinkan Jika Fokus Terbatas


Seorang pengendara sepeda melintas di depan pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr di luar Kota Bushehr, Iran, 26 Oktober 2010. (Foto arsip: Majid Asgaripour/Mehr News Agency via AP)
Seorang pengendara sepeda melintas di depan pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr di luar Kota Bushehr, Iran, 26 Oktober 2010. (Foto arsip: Majid Asgaripour/Mehr News Agency via AP)

Pada Sabtu (8/3), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan mengatakan bahwa Iran tidak akan berunding di bawah “intimidasi” Amerika Serikat.

Iran akan mempertimbangkan perundingan dengan Amerika Serikat jika tujuan perundingan tersebut adalah untuk mengatasi kekhawatiran mengenai potensi militerisasi program nuklirnya.

Hal itu diungkap oleh misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Iran pada Minggu (8/3) dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X.

Komentar tersebut muncul sehari setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa Iran tidak akan berunding di bawah “intimidasi” AS.

Dalam pernyataan di X, misi tersebut mengatakan: “Jika tujuan negosiasi adalah untuk mengatasi kekhawatiran terkait potensi militerisasi program nuklir Iran, diskusi semacam itu bisa dipertimbangkan.”

“Namun, jika tujuannya adalah pembongkaran program nuklir damai Iran... negosiasi semacam itu tidak akan pernah terjadi,” tambah pernyataan tersebut.

Media pemerintah Iran pada Sabtu (8/3) mengutip Khamenei yang mengatakan “Mereka mengajukan tuntutan-tuntutan baru yang tentu saja tidak akan diterima oleh Iran, seperti kemampuan pertahanan, jangkauan rudal, dan pengaruh internasional kita.”

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network, yang disiarkan pada Jumat, mengatakan dia ingin menegosiasikan kesepakatan nuklir dengan Iran dan telah mengirim surat kepada para pemimpinnya yang menyarankan pembicaraan dengan Republik Islam itu, yang dikhawatirkan Barat semakin mendekati kemampuan untuk membuat senjata atom.

Iran membantah sedang mengupayakan senjata nuklir.

Meskipun menyatakan keterbukaannya terhadap kesepakatan dengan Teheran, Trump telah menerapkan kembali kampanye “tekanan maksimum” yang diterapkan pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden untuk mengisolasi Iran dari ekonomi global dan mendorong ekspor minyaknya menjadi nol.

Selama masa jabatan 2017-2021, Trump menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan penting antara Iran dan negara-negara besar yang telah menerapkan batasan ketat pada aktivitas nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi.

Setelah Trump mundur pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi, pelanggaran Iran jauh melampaui batas-batas tersebut.

Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan bahwa waktu hampir habis bagi diplomasi untuk memberlakukan pembatasan baru terhadap aktivitas Iran, karena Teheran terus mempercepat pengayaan uranium hingga mendekati tingkat persenjataan nuklir.

Teheran mengatakan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai. [my/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG