Presiden Donald Trump pada hari Selasa (4/2) mengatakan ia tidak menutup kemungkinan pengerahan pasukan AS untuk mendukung rekonstruksi Gaza, dan ia memperkirakan kepemilikan “jangka panjang” AS atas pembangunan kembali wilayah tersebut.
“Kami akan melakukan apa yang diperlukan,” kata Trump tentang kemungkinan pengerahan pasukan untuk mengisi kekosongan keamanan. “Jika memang diperlukan, kami akan melakukannya.”
Pernyataan itu disampaikannya setelah ia mengatakan ingin AS mengambil alih kepemilikan Jalur Gaza dan membangun kembali wilayah itu setelah warga Palestina dimukimkan di tempat lain.
“Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut,” kata Trump pada awal konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Trump menambahkan Amerika Serikat akan meratakan bangunan-bangunan yang hancur dan “menciptakan pembangunan ekonomi yang akan memasok lapangan kerja dan perumahan dalam jumlah yang tidak terbatas bagi masyarakat di daerah tersebut.”
Relokasi permanen
Sebelumnya pada bulan Januari Trump juga menyarankan agar warga Palestina di Gaza dimukimkan secara “permanen” di luar wilayah yang dilanda perang tersebut. Ia menginginkan agar Yordania dan Mesir menampung lebih banyak pengungsi Palestina sebagai bagian dari upaya “membersihkan” Gaza.
Menanggapi hal itu sejumlah negara, yaitu Mesir, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Otoritas Palestina dan Liga Arab, mengeluarkan pernyataan bersama untuk menolak rencana apapun guna memindahkan warga Palestina dari wilayah mereka di Gaza dan wilayah pendudukan Tepi Barat.
Negara-negara tersebut memperingatkan bahwa rencana semacam itu “mengganggu stabilitas di kawasan, berisiko memperluas konflik, dan merongrong prospek perdamaian dan hidup bersama di kalangan warganya.”
Arab Saudi tegaskan sikap
Pemerintah Arab Saudi, lewat Kementerian Luar Negeri-nya, pada Rabu (5/2) pagi mengeluarkan pernyataan tajam untuk menegaskan bahwa berdirinya sebuah negara Palestina merdeka merupakan “posisi Arab Saudi yang tegas, teguh, dan tak tergoyahkan.”
Pernyataan itu menegaskan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, penguasa de facto negara Kerajaan itu, telah mengatakan “Arab Saudi tidak akan menghentikan kerja kerasnya untuk mendirikan negara Palestina Merdeka, yang terdiri dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan bahwa Kerajaan Arab Saudi tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa hal itu.”
Arab Saudi telah melakukan negosiasi dengan AS mengenai kesepakatan untuk mengakui Israel secara diplomatis dengan imbalan pakta keamanan dan persyaratan lainnya. Namun pernyataan hari Rabu itu menggarisbawahi “posisi tegas Arab Saudi (atas Palestina.red) tidak tunduk pada negosiasi atau penawaran.”
Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengutuk seruan Trump agar warga Palestina meninggalkan Gaza, sebagai “pengusiran dari tanah mereka.”
“Kami menganggapnya sebagai resep untuk menimbulkan kekacauan dan ketegangan di wilayah ini karena rakyat Gaza tidak akan membiarkan rencana tersebut berlalu,” katanya.
Menanggapi hal itu, Netanyahu mengatakan gagasan Trump itu “patut dipertimbangkan.”
“Kami sedang membicarakannya. Dia sedang menjajaki hal itu dengan orang-orangnya, dengan stafnya. Saya pikir ini adalah sesuatu yang dapat mengubah sejarah. Dan ini sebaiknya ditelusuri,” kata Netanyahu. [em/aak]
Forum