Salah satu perdana menteri Libya, Senin (28/8) mengatakan ia telah memberhentikan menteri luar negerinya sehari setelah Israel mengungkapkan bahwa menteri luar negerinya bertemu dengannya pekan lalu – berita yang memicu protes jalanan yang tersebar di negara Afrika Utara yang dilanda kekacauan itu.
Abdul Hamid Dbeibah, yang memimpin pemerintahan persatuan nasional di Ibu Kota, Tripoli, juga merujuk Menteri Luar Negeri Najla Mangoush untuk diselidiki atas pertemuan tersebut, yang merupakan pertemuan pertama antara diplomat tinggi Libya dan Israel.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen dan Mangoush bertemu di Roma pada pekan lalu. Hal ini merupakan terobosan kecil bagi pemerintah Israel, yang kebijakan kerasnya terhadap Palestina telah menyebabkan melemahnya hubungan Israel dengan negara-negara Arab.
Cohen mengatakan mereka membahas pentingnya melestarikan warisan komunitas Yahudi di Libya, termasuk merenovasi sinagoga dan taman pemakaman. Pembicaraan tersebut juga membahas kemungkinan bantuan Israel untuk masalah kemanusiaan, pertanian dan pengelolaan air, menurut Kementerian Luar Negeri Israel.
Kementerian Luar Negeri Libya, sementara itu, berusaha meremehkan pentingnya pertemuan tersebut dan menyebutnya sebagai “pertemuan yang tidak siap dan tidak resmi” yang berlangsung sewaktu pertemuan dengan menteri luar negeri Italia. Kementerian itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pertemuan Mangoush dengan Cohen tidak mencakup “pembicaraan, perjanjian atau konsultasi apa pun.”
Kementerian Luar Negeri Israel tidak menanggapi pertanyaan wartawan pada Senin (28/8) pagi, termasuk apakah pengumuman Cohen telah dikoordinasikan dengan Libya.
Libya terjerumus ke dalam kekacauan setelah pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan diktator Moammar Gaddafi pada 2011.
Negara kaya minyak ini terpecah antara pemerintah yang didukung Barat di Tripoli dan pemerintahan saingannya di timur negara itu. Masing-masing pihak didukung oleh kelompok bersenjata dan pemerintah asing. Gaddafi memusuhi Israel dan merupakan pendukung setia Palestina, termasuk kelompok militan radikal yang menentang perdamaian dengan Israel.
Pengumuman pertemuan tersebut, Minggu (27/8) memicu protes yang tersebar di Tripoli dan kota-kota lain di Libya Barat. Para pengunjuk rasa menyerbu markas besar Kementerian Luar Negeri untuk mengutuk pertemuan tersebut, sementara yang lain menyerang dan membakar kediaman perdana menteri itu di Tripoli, menurut laporan lokal.
Di Kota Zawiya, pengunjuk rasa membakar bendera Israel, sementara yang lain mengibarkan bendera Palestina. Ada juga protes di kota Misrata, basis pendukung Dbeibah, menurut rekaman yang beredar di media sosial dan diverifikasi oleh Associated Press.
Khalid al-Mishri, politisi Islam yang merupakan ketua Dewan Negara, badan legislatif yang berbasis di Tripoli, mengutuk pertemuan tersebut dan menyerukan pemberhentian pemerintahan Dbeibah, yang dekat dengan AS dan Barat.
“Pemerintahan ini telah melewati semua batasan yang dilarang dan harus dijatuhkan,” tulisnya di platform X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Dewan Perwakilan Rakyat yang berbasis di wilayah timur juga mengecam pertemuan tersebut sebagai “kejahatan hukum dan moral.” Mereka menyerukan sidang darurat pada Senin (28/8) di Kota Benghazi.
Di Israel, Yair Lapid, mantan menteri luar negeri dan perdana menteri, mengkritik Cohen karena mengumumkan pertemuan sensitif tersebut kepada publik. [ab/uh]
Forum