Para pemimpin adat mengadakan upacara tradisional suku Maya pada hari Selasa (16/1) untuk memperingati pelantikan Bernardo Arevalo, presiden Guatemala ke-52.
Upacara itu digelar di situs arkeologi Kaminaljuyu, di Guatemala City. Arevalo dihormati dengan karangan bunga yang terbuat dari bunga-bunga segar.
Menurut pemimpin masyarakat adat Alida Vicente, upacara itu dimaksudkan “untuk mengucapkan terima kasih atas pelantikan tersebut dan juga untuk meminta agar babak baru di Guatemala itu dapat membawa manfaat bersama.”
Upacara itu diselenggarakan setelah berlangsungnya aksi unjuk rasa dan perlawanan suku asli Guatemala selama 100 hari.
“Merupakan tanggung jawab kami untuk memimpin (negara dan rakyat kami) secara harmonis, damai dan demi kepentingan semua orang, tanpa kealpaan, tanpa diskriminasi dan tanpa marginalisasi,” kata Aravelo dalam upacara tersebut.
Bernardo Arevalo dilantik pada hari Senin (15/1) sebagai presiden Guatemala yang baru, setelah menghadapi upaya jaksa agung negara itu untuk menggagalkan pelantikannya selama berbulan-bulan.
Presiden Arevalo mengatakan dirinya akan meminta Jaksa Agung Consuelo Porras, yang mengawasi manuver-manuver hukum untuk mencegah pelantikannya sebagai presiden, untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Akan tetapi, belum jelas apakah ia memiliki kewenangan tersebut.
Arevalo menerima dukungan kuat dari komunitas internasional. Uni Eropa, Organisasi Negara-negara Amerika, serta pemerintah AS berulang kali menuntut penghormatan bagi suara rakyat. [rd/jm]
Forum