Seorang mantan pemimpin pemberontak dan politikus di Niger telah melancarkan gerakan menentang junta militer yang merebut kekuasaan dua pekan lalu. Ini merupakan tanda pertama perlawanan terorganisir terhadap kekuasaan militer di negara Afrika Barat itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu (9/8), Rhissa Ag Boula mengatakan kelompoknya, Dewan Perlawanan untuk Republik (Council of the Resistance for the Republic atau CRR), bertujuan mengembalikan Presiden terguling Mohamed Bazoum, yang telah ditahan di kediamannya sejak anggota pengawal presiden mengambil alih kekuasaan pada 26 Juli.
Boula adalah mantan menteri pariwisata dan pemimpin dalam dua pemberontakan etnis Tuareg di Niger, satu pada tahun 1990-an, yang lainnya dari tahun 2007 hingga 2009.
Sementara itu, partai Bazoum mengatakan Rabu bahwa presiden dan keluarganya kehabisan makanan dan telah hidup tanpa listrik dan air ledeng selama seminggu. Seorang penasihat mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa keluarga tersebut hanya memiliki nasi dan makanan kaleng yang tersisa untuk dimakan.
Para pemimpin Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) dijadwalkan akan mengadakan pertemuan puncak pada Kamis di ibu kota Nigeria, Abuja, untuk membahas krisis Niger.
Pada hari Selasa, junta militer Niger menolak usul misi diplomatik dari negara-negara Afrika Barat, Uni Afrika dan PBB. Para pemimpin junta mengatakan “iklim ancaman agresi” membuatnya tidak mungkin mengadakan pembicaraan untuk mengakhiri krisis konstitusional di Niger.
ECOWAS telah mengancam akan menggunakan kekuatan untuk mengembalikan Bazoum ke jabatannya, tetapi batas waktu pada hari Minggu bagi militer Niger untuk mundur telah berlalu tanpa intervensi militer. [lt/ka]
Forum