Untuk pertama kali dalam 75 tahun sejarah PBB, para pemimpin dari 193 negara anggotanya akan menyampaikan pidato tahunan mereka pada hari pembukaan Majelis Umum badan dunia itu melalui rekaman video. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang disampaikan secara langsung sebagai dampak pandemi Covid-19.
Sesuai dengan tradisi puluhan tahun yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1940-an, sidang hari Selasa (22/9) akan diawali dengan pesan yang telah direkam sebelumnya dari Presiden Brazil Jair Bolsonaro, disusul oleh Presiden AS Donald Trump, sebagai pemimpin negara tuan rumah PBB. Pemimpin terkemuka dunia lainnya yang rekaman pesan mereka dijadwalkan diputar pada hari Selasa (22/9) adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Untuk tetap menjaga jarak, mereka yang hadir di ruang sidang yang luas untuk menyaksikan rekaman video pidato-pidato itu adalah satu utusan yang mewakili setiap negara anggota, ditambah Uni Eropa, Takhta Suci, dan Pemantau Negara Palestina yang bukan anggota.
Pos-pos penyanitasi tangan telah ditempatkan di setiap lorong samping di ruangan itu dan para delegasi diwajibkan untuk mengenakan masker, tetapi tidak menjalani pemeriksaan suhu tubuh.
PBB memperingati ulang tahun ke-75, Senin (21/9), di tengah-tengah cengkeraman pandemi global virus corona, yang telah menewaskan lebih dari 960 ribu orang dan membuat lebih dari 31,2 juta orang jatuh sakit secara global, berdasarkan data yang dikumpulkan Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center.
“Pandemi Covid-19 telah mengungkap kerapuhan dunia. Hanya dengan bersama-sama kita dapat mengatasinya,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres. Sekarang ini, lanjutnya, dunia memiliki surplus tantangan multilateral dan defisit solusi multilateral.
PBB lahir pada tahun 1945 seusai Perang Dunia II untuk mencegah konflik berskala besar lainnya.
“Perang Dunia k-tiga – yang dikhawatirkan oleh begitu banyak orang – telah dihindari,” kata Guterres. “Belum pernah dalam sejarah modern kita telah melewati begitu banyak tahun tanpa konfrontasi militer antara kekuatan-kekuatan besar. Ini merupakan pencapaian luar biasa yang dapat dibanggakan oleh negara-negara anggota, dan harus kita semua perjuangkan untuk mempertahankannya,” lanjut Guterres.
Ia juga mengemukakan berbagai pencapaian PBB lainnya, termasuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan, membantu jutaan korban konflik dan bencana alam, dan pemberantasan penyakit. Tetapi tugas-tugas mendatang menakutkan.
“Dua puluh lima tahun sejak Platform Aksi Beijing, ketimpangan gender masih menjadi tantangan tunggal terbesar bagi HAM di seluruh dunia,” kata Guterres. “Bencana iklim membayangi. Keragaman hayati runtuh. Kemiskinan kembali meningkat. Kebencian menyebar. Ketegangan geopolitik meruncing. Senjata nuklir masih menimbulkan kewaspadaan. Teknologi-teknologi transformatif telah membuka berbagai peluang baru tetapi sekaligus juga mengungkap ancaman-ancaman baru,” jelasnya.
“Sukar untuk memahami evolusi luar biasa PBB selama 75 tahun ini,” kata Wakil Duta Besar AS untuk PBB Cherith Norman Chalet. “Mulai dari langkah awal yang berhati-hati di kalangan beberapa pemimpin global hingga jaringan luas organisasi, badan-badan, dan fungsi-fungsinya sekarang ini, PBB telah tumbuh jauh melampaui visi para pendirinya,” lanjutnya.
AS adalah tuan rumah PBB dengan markas besar ikoniknya di Kota New York, dan juga donatur finansial tunggal terbesarnya.
Namun, pemerintahan Trump telah mengkritik badan dunia ini, menarik dana dan kerja sama dari beberapa lembaga badan dunia itu, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dewan HAM.
Chalet mengatakan organisasi ini telah terlalu lama menolak perombakan nyata dan kurang transparan.“Ulang tahun ke-75 PBB merupakan waktu yang tepat untuk mempertanyakan lagi kekuatan dan kelemahan institusi, mengevaluasi dan belajar dari kegagalan-kegagalannya, serta merayakan pencapaiannya,” lanjutnya.
PBB memanfaatkan tahun peringatannya sebagai momen untuk merenung. Lebih dari satu juta orang di 80 negara telah memberikan umpan balik untuk survei global mengenai PBB dan kegiatannya.
Hampir 90 persen menyatakan kerja sama global sangat penting untuk menghadapi berbagai tantangan sekarang ini dan bahwa pandemi telah membuat kerja sama internasional semakin mendesak. Hampir tiga perempatnya menyatakan PBB “esensial” dalam menangani berbagai tantangan global, tetapi mereka juga menginginkan organisasi ini untuk berubah dan berinovasi. [uh/ab]