Mahkamah Agung dengan suara bulat baru-baru ini memutuskan Asosiasi Atlet Perguruan Tinggi Nasional atau NCAA tidak bisa membatasi manfaat terkait pendidikan - seperti komputer dan magang berbayar - bahwa perguruan tinggi bisa memberi penawaran pada bintang olahraga mereka. Ini menjadi kemenangan bagi atlet yang bisa membuka jalan untuk pelonggaran lebih lanjut dalam pertarungan yang telah berlangsung selama beberapa dekade mengenai pembayaran atlet pelajar.
Perguruan tinggi yang merekrut atlet top sekarang bisa menawarkan manfaat puluhan ribu dolar yang juga mencakup program studi di luar negeri dan beasiswa pascasarjana. Namun, kasus ini tidak memutuskan apakah mahasiswa bisa dengan mudah mendapat gaji untuk manfaat atas upaya mereka, yang untuk banyak universitas bisa mencapai puluhan juta.
MA secara khusus mengatakan NCAA, membatasi manfaat terkait pendidikan yang bisa ditawarkan perguruan tinggi kepada atlet yang bermain bola basket dan sepak bola Divisi I melanggar undang-undang antimonopoli.
"NCAA telah beroperasi dengan cara yang sama entah sudah berapa tahun, 50 hingga 70 tahun, tetapi lanskap, terutama lanskap keuangan sudah banyak berubah. Jadi melihat kami menuju langkah yang benar, itu sudah tepat. Sedikit menyesuaikan lapangan bermain jika menyangkut apa yang pantas bagi para atlet," kata Martin Jenkins, salah seorang penggugat dalam kasus itu.
Keputusan ini penting dalam jangka pendek bagi mahasiswa yang mungkin memandang perguruan tinggi bersaing untuk mendapatkan bakat dengan mempermanis tawaran mereka dengan berbagai manfaat terkait pendidikan. Ini juga penting dalam jangka panjang karena menetapkan posisi untuk tantangan masa depan terkait aturan NCAA yang membatasi kompensasi atlet.
"Hanya ada kegembiraan sepenuhnya. Ini adalah perjalanan panjang, tujuh tahun, tepatnya, memiliki tim terbaik di belakang saya, tim terbaik di balik apa yang kita semua coba capai. Saya hanya gembira melangkah ke arah yang benar," ujar Martin Jenkins salah seorang atlit tim Clemson.
Jenkins mengatakan bahwa sebagian besar atlet tidak menjadi pemain profesional dan manfaat tambahan terkait pendidikan bisa membantu mereka melanjutkan pendidikan.
"Tantangan keuangan berat terutama yang dialami beberapa mantan rekan se tim saya, sepak bola adalah satu-satunya impian mereka dan itulah satu-satunya jalan keluar dari situasi keuangan keluarga mereka," katanya.
"Sayangnya, ketika mereka tidak didukung dengan baik oleh perguruan tinggi , mereka tidak bisa menelepon ke rumah dan mencari uang makanan tambahan. Tidak bisa menelepon ke rumah dan mendapatkan tambahan uang bensin, makanan untuk menyehatkan tubuh mereka yang mereka pertaruhkan setiap minggu untuk universitas-universitas ini," lanjut Jenkins.
Dallas Hobbs, yang bermain untuk Washington State University, mengatakan menyambut baik keputusan itu sebagai langkah bagi para atlet yang akhirnya mendapatkan lebih banyak dukungan mengenai bagaimana mereka menghasilkan uang.
"Ini adalah sesuatu yang kita semua pantas peroleh. Kami (para atlet) semua telah bekerja keras dalam olahraga dan itu hanya untuk mendapatkan bagiannya. Ini sudah dibagikan kepada semua orang kecuali para atlet. Kami hanya mempertanyakan, untuk nama, citra, rupa, setidaknya kami seratus persen layak mendapatkan kesehatan dan keselamatan yang seharusnya kami peroleh dan mendapat keuntungan ekonomi lainnya," pungkasnya. [my/jm]