Banjir terakhir yang belum pernah terjadi sebelumnya di Liberia, telah menewaskan dua orang dan membuat hampir 50 ribu warga lain berada dalam “kebutuhan yang mendesak” di negara itu. Badan Manajemen Bencana Nasional (NDMA) Liberia mengatakan hal itu pada Selasa (9/7), dan meminta bantuan internasional.
Banjir yang dipicu oleh curah hujan deras sejauh ini telah berdampak pada “lebih dari 48 ribu orang” di negara Afrika Barat itu, dan menyebabkan kerusakan parah pada rumah-rumah, berbagai sekolah dan rumah sakit, kata badan bencana dalam sebuah pernyataan.
Banjir melanda wilayah-wilayah di Montserrado, wilayah yang paling padat penduduknya, termasuk di dalamnya ibu kota Monrovia, begitu juga Margibi di bagian utara dan Grand Bassa di tengah.
Hujan deras yang dimulai di akhir Juni membuat 8 ribu orang mengungsi, sekitar 300 orang diantaranya belum kembali ke rumah mereka, seorang pejabat NDMA mengatakan kepada AFP melalui sambungan telepon pada Selasa.
“Skala banjir ini nampaknya belum pernah kami saksisan sebelumnya,” papar NDMA dalam pernyataan mereka, dan menambahkan bahwa pihaknya “kewalahan” dan tidak mampu menangani semua kebutuhan secara bersamaan.
“Kami mendesak mitra-mitra kami, baik lokal maupun internasional, untuk mendukung NDMA memenuhi kebutuhan bagi warga yang terdampak,” kata pernyataan itu.
NDMA mengatakan pihaknya membutuhkan dana $10 juta untuk memenuhi “kebutuhan darurat dari warga yang terdampak”.
Badan bencana ini menekankan bahwa Liberia bahkan belum melewati separuh dari musim hujannya dan bahwa negara itu memiliki sumber daya yang terbatas untuk melawan dampak perubahan iklim. Mereka menambahkan bahwa diperkirakan ada 100 ribu orang berisiko banjir, badai dan erosi pantai.
“Keadaan darurat yang makin parah, pengungsian massal, cedera, kematian, kerusakan rumah dan bangunan public, dan risiko kesehatan yang meningkat, diperkirakan akan semakin buruk dalam beberapa hari dan pekan mendatang,” papar NDMA. [ns/jm]
Forum