Langkah terbaru yang diambil oleh Presiden AS Joe Biden terkait kebijakan imigrasi, yang merupakan perlindungan federal paling luas bagi para imigran dalam lebih dari satu dekade terakhir, telah menciptakan kontras politik yang signifikan antara dirinya dengan Donald Trump, yang merupakan calon presiden dari Partai Republik.
Trump memiliki pendirian garis keras dalam hal deportasi massal, termasuk retorikanya yang menyebut para imigran sebagai penjahat yang berbahaya dan "meracuni darah" Amerika.
Meskipun tidak menyebut nama, Biden merujuk pada Trump dengan mengatakan bahwa "pendahulu saya" memiliki ketakutan pada imigran. Ia menyebut kebijakan tanpa toleransi di perbatasan selatan di era Trump yang menyebabkan pemisahan keluarga.
Namun, hal itu tidak menyurutkan Trump yang sejak awal memang tidak setuju dengan cara Biden menangani isu imigrasi.
Tim kampanye Trump pada hari Selasa (18/6) menuduh presiden yang sedang berkuasa itu telah menciptakan "undangan lain untuk imigrasi ilegal."
Sebelumnya pada Selasa, Presiden AS Joe Biden memerintahkan sebuah langkah ekspansif untuk menawarkan potensi kewarganegaraan kepada ratusan ribu imigran tanpa status hukum di AS, yang bertujuan untuk menyeimbangkan tindakan kerasnya yang agresif baru-baru ini di perbatasan selatan yang menimbulkan kemarahan para pendukung dan banyak anggota parlemen dari Partai Demokrat.
Presiden mengatakan dalam beberapa bulan ke depan, pemerintahnya akan mengizinkan pasangan warga negara AS tertentu yang tidak memiliki status legal, untuk mengajukan permohonan izin tinggal permanen dan akhirnya memperoleh kewarganegaraan tanpa harus meninggalkan AS terlebih dahulu.
"Pasangan-pasangan ini telah membesarkan keluarga, menyekolahkan anak-anak mereka di gereja dan sekolah, membayar pajak, dan memberikan kontribusi kepada negara kita," ujar Biden dalam sebuah acara di East Toom yang penuh sesak.
"Mereka tinggal di Amerika Serikat selama ini dengan rasa takut dan ketidakpastian. Kita bisa memperbaikinya," tambahnya. [em/jm]
Forum