Para pemimpin Uni Eropa dan Amerika Latin hari Senin (17/7) berkumpul di kota Brussel untuk memulai pertemuan selama dua hari.
Para pemimpin ini terakhir kali melangsungkan pertemuan serupa delapan tahun lalu.
Sejak saat itu pandemi virus corona dan keluarnya Brasil dari Komunitas Amerika Latin dan Negara-Negara Karibia (Community of Latin American and Caribbean States/CELAC) yang beranggotakan 33 negara, telah semakin menjauhkan kelompok yang terpisah Samudra Atlantik ini semakin jauh.
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, “Sejak saat itu dunia tentunya sudah berubah. Jadi kita membutuhkan teman-teman dekat untuk berada di sisi kita pada masa yang tidak pasti ini.”
Hal senada disampaikan Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
Meskipun demikian ketidakpastian masih menyelimuti pertemuan puncak itu sendiri. Perpecahan pandangan di antara para pemimpin EU-CELAC ini mencakup dari invasi Rusia ke Ukraina, perdagangan, penggundulan hutan dan ganti rugi atau pemulihan akibat perbudakan telah menjadi bumbu pertemuan itu. Pertemuan ini dinilai berhasil jika para peserta sepakat untuk melangsungkan pertemuan lebih sering.
Perdana Menteri St. Vincent & Grenadines, Ralph Gonsalves, yang memegang keketuaan CELAC, mengatakan “kita harus menemukan bahasa konsensus.”
Pejabat-pejabat Uni Eropa dengan sangat hati-hati berupaya menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatukan 60 negara itu dalam satu pernyataan. Hal ini tentu sulit mengingat selama bertahun-tahun mereka hanya menjalin hubungan jarak jauh. [em/lt]
Forum