Rusia memperingatkan pada Sabtu (28/12) tentang dampak lingkungan yang parah akibat tumpahan minyak di Laut Hitam. Tumpahan tersebut disebabkan oleh tabrakan dua tanker akibat badai di dekat Krimea, yang akhirnya mendeklarasikan keadaan darurat.
Sebuah tanker tenggelam dan satu lagi kandas pada 15 Desember di Selat Kerch, yang terletak antara Rusia dan Semenanjung Krimea yang telah dianeksasi.
Pihak berwenang mengerahkan ribuan relawan untuk melaksanakan operasi pembersihan. Namun, beberapa ilmuwan Rusia mengkritik langkah tersebut sebagai tindakan yang tidak memadai.
Otoritas juga menyebutkan bahwa tanker tersebut mengangkut 9.200 ton bahan bakar minyak, dengan sekitar 40 persen di antaranya diperkirakan tumpah ke laut.
"Situasinya benar-benar kritis," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, yang dikutip oleh kantor berita Rusia.
"Sayangnya, saat ini tidak mungkin untuk menghitung tingkat kerusakan lingkungan, tetapi para spesialis terus bekerja secara teratur untuk mengatasinya," ujarnya.
Gubernur Krimea yang dilantik Moskow, Sergei Aksionov, mengungkapkan melalui Telegram bahwa ia telah mendeklarasikankan keadaan darurat "karena tumpahan produk minyak di Selat Kerch".
Kementerian Transportasi Rusia menegaskan pada Sabtu bahwa "semua wilayah perairan yang tercemar yang sudah diidentifikasi berhasil dibersihkan" dan "tidak ada pencemaran berulang yang terdeteksi."
Namun, Menteri Situasi Darurat Alexander Kurenkov lebih berhati-hati atas situasi tersebut. Ia menyatakan, "Ancaman kebocoran bahan bakar minyak di Laut Hitam dari kapal tanker dan tumpahan di pantai masih ada."
Presiden Vladimir Putin pada awal bulan ini menyebut tumpahan minyak tersebut sebagai "bencana ekologi". [ah]
Forum