Korea Utara mengatakan pada hari Jumat (3/11) bahwa serentetan penutupan kedutaan baru-baru ini hanyalah “urusan biasa” untuk meningkatkan hubungan luar negerinya, setelah Seoul mengklaim bahwa hal tersebut merupakan pertanda buruknya kesulitan ekonomi Pyongyang.
Pada minggu lalu, Pyongyang telah menutup kedutaan besarnya di negara sekutunya di Afrika, Angola dan Uganda, dan juga menutup misi diplomatiknya di Hong Kong dan Spanyol, menurut media pemerintah dan otoritas setempat.
Seoul mengatakan pekan ini bahwa penutupan tersebut memberikan gambaran sekilas tentang situasi ekonomi Korea Utara yang buruk, di mana sulit untuk mempertahankan hubungan diplomatik bahkan dengan sekutu-sekutu tradisionalnya.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara yang tidak disebutkan namanya mengatakan perubahan tersebut adalah "bagian dari urusan rutin... untuk mempromosikan kepentingan nasional mereka dalam hubungan eksternal," dalam komentar yang diposting di situs kementerian pada hari Jumat.
“Sejalan dengan perubahan lingkungan internasional dan kebijakan eksternal negara, kami menutup atau membuka kembali misi diplomatik di negara-negara lain,” kata pejabat tersebut, tanpa merinci kedutaan mana yang dibuka atau ditutup.
“Kami juga telah menerapkan langkah-langkah seperti itu pada beberapa kesempatan di masa lalu,” tambah pejabat itu.
Korea Utara memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 150 negara, menurut Kementerian Unifikasi Seoul, namun jumlah misi yang dijalankannya di luar negeri telah menyusut sejak tahun 1990-an karena kendala keuangan.
Para ahli mengatakan terakhir kali negara bersenjata nuklir itu membatalkan misi diplomatik sebesar ini adalah pada pertengahan hingga akhir tahun 1990-an ketika negara tersebut dilanda kelaparan yang menyebabkan ratusan ribu orang meninggal – perkiraannya mencapai jutaan. [ab/uh]
Forum