Korea Selatan mengatakan terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara, tetapi mereka juga siap menanggapi dengan cepat setiap serangan yang mungkin datang dari Korea Utara. Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-jin hari Kamis memberitahu parlemen bahwa pemerintah akan mengambil segala bentuk langkah sebagai pertimbangan untuk menjamin keamanan nasional.
Korea Selatan mengamati secara cermat perkembangan di Korea Utara atas tanda-tanda ketidakstabilan sejak kematian pemimpin mereka Kim Jong Il. Korea Utara memiliki program senjata nuklir dan salah satu militer terbesar di dunia. Tahun 2010, Korea Utara menyerang pulau Yeonpyeong di Korea Selatan dan Seoul menyalahkan Korea Utara atas tenggelamnya kapal perang Cheonan, Pyongyang membantah.
Menteri Unifikasi Korea Selatan Yu Woo-ik mengatakan ia berpandangan Pyongyang tidak akan meminta maaf atas kedua insiden itu, tetapi mengatakan semua jalur relevan untuk pembicaraan akan dijamin.
Korea Selatan bersikeras menuntut permintaan maaf atas kedua insiden sebagai syarat untuk melanjutkan perundingan enam negara yang terhenti mengenai perlucutan senjata nuklir Korea Utara dengan imbalan bantuan.
Mantan kepala juru runding Amerika untuk Korea Utara Robert Galluci memberitahu VOA Bahasa Korea bahwa Korea Utara perlu diberi waktu untuk berduka atas meninggalnya pemimpin lama mereka.
Gallucci juga menentang anggapan terhadap perubahan rezim di Korea Utara, atau kesempatan untuk mengubah masyarakat secara fundamental, karena rakyat Korea Utara tidak senang hal itu. Namun, ia mengatakan Amerika harus mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan kepada pemerintah baru di Pyongyang bahwa Amerika tidak akan membiarkan transfer teknologi senjata dan bahan nuklir yang sensitif ke negara atau kelompok-kelompok lain.
Sementara itu, Korea Utara memproklamirkan permulaan era Kim Jong Un hari Kamis, dan menyebut putra mendiang pemimpin Kim Jong Il sebagai "penerus" tugas-tugas revolusioner bangsa "dan pemimpin rakyatnya."
Editorial surat kabar resmi Korea Utara Rodong Sinmun mengatakan Kim Jong Un seharusnya bergerak kedepan menuju kemandirian, sambil meneruskan ajaran Kim Jong Il, yang kematiannya diumumkan minggu ini. Surat kabar itu menghimbau bangsa itu untuk berada dibelakang pemimpin muda dan dengan setia mempertegak kepemimpinannya.
Kematian Kim Jong Il setelah 17 tahun berkuasa telah menyulut keprihatinan regional dan negara-negara Barat tentang masa depan Korea Utara yang tentaranya sangat besar, sejarah permusuhan sejak dulu terhadap Korea Selatan dan ambisi nuklir yang besar.