Ketika Sudan menunggu pembentukan pemerintahan baru setelah kesepakatan politik yang penting, ratusan ribu rumah di seluruh negara itu masih terendam air.
Musim hujan, yang menyebabkan Sungai Nil meluap setiap tahun, sangat deras tahun ini. Kekurangan bahan bakar penyebab utama demonstrasi awal tahun lalu untuk menggulingkan Presiden Omar al Bashir yang lama berkuasa terus memperburuk masalah tersebut.
"Masalah utamanya adalah menyerap air, pompa selalu membutuhkan solar dan tidak ada diesel," kata Abdul el-Azzem Majid, seorang warga Khartoum di pinggiran kota Al Azoozab yang dilanda banjir.
"Kami sangat membutuhkannya, kami bisa menyediakan yang lainnya kecuali diesel," kata Majid.
Meskipun satu pompa yang berfungsi di Al Azoozab menyedot air ke luar kota, penduduk dan relawan mengisi karung pasir untuk memperkuat barikade yang retak, yang pada tahun-tahun sebelumnya, membuat air Sungai Nil membanjiri rumah mereka.
Menurut angka-angka PBB yang dirilis minggu lalu, 62 orang tewas dalam banjir baru-baru ini. Kantor berita pemerintah SUNA melaporkan 35.000 rumah di 17 dari 18 negara bagian Sudan terimbas.(my/pp)