Hari Selasa, pihak berwenang Kazakhstan berusaha meredakan demonstrasi di wilayah penghasil minyak utama negara itu, dengan menjanjikan pekerjaan bagi ribuan pekerja yang telah melakukan pemogokan sejak bulan Mei lalu.
Akhir minggu lalu, pemogokan yang telah berlangsung selama tujuh bulan itu meletus menjadi kekerasan ketika polisi menembaki demonstran di dua kota di Kazakhstan barat. 15 orang dilaporkan tewas, 110 lainnya mengalami luka-luka dan 46 bangunan terbakar.
Ainur Kurmanov, pemimpin buruh Kazakhstan yang mengunjungi Moskow mengatakan pada VOA hari Selasa bahwa jumlah korban jauh lebih besar.
Dia mengatakan sebenarnya jumlah korban tewas sedikitnya 70 orang, dan sekitar 700 hingga 800 orang lainnya mengalami luka-luka.
Hari Selasa, jalur komunikasi telah pulih dengan kota Zhanaozen, kota minyak yang mengalami kekerasan terparah. Para demonstran menjarah ATM-ATM dan membakar kantor walikota, sebuah hotel dan kantor perusahaan gabungan Kazakhstan-Tiongkok yang memecat pekerja-pekerjanya bulan Mei lalu.
Kazakhstan adalah penghasil minyak ke-18 terbesar di dunia dan semakin berperan sebagai pemasok minyak bagi Tiongkok . Kerusuhan itu menodai citra Kazakhstan sebagai negara yang stabil dan ramah bagi investor di Asia Tengah.
Sengketa di ladang minyak tersebut seharusnya bisa diselesaikan enam bulan lalu, Penasehat Presiden Kazakhstan urusan Politik, Yermukhamet Yertysbayev mengatakan pada kantor berita Interfax, hari Selasa.
Ia menyalahkan para pekerja minyak dari Turkmenistan dan Uzbekistan atas kerusuhan itu. Dengan mengatakan warga Kazakhstan adalah pecinta damai, dia menambahkan revolusi seperti yang terjadi di dunia Arab, pada dasarnya tidak mungkin terjadi di Kazahkstan. Dia mengatakan sangat yakin kerusuhan itu tidak akan meluas ke tingkat nasional.
Adegan kerusuhan itu ditayangkan secara luas pada jaringan televisi Rusia sehingga Yertysbayev menuduh media Rusia menggunakan kerusuhan-kerusuhan di Kazahkstan itu untuk mengalihkan perhatian warga Rusia dari gerakan demonstrasi di Rusia sendiri saat ini.
Bulat Abilov, ketua partai oposisi Partai Sosial Demokrat Kazakhstan mengatakan pada VOA demonstrasi-demonstrasi itu juga dipicu oleh ketidakpuasan di wilayah itu.
Berbicara dari Almaty, kota pusat bisnis negara itu, ia mengatakan kekayaan minyak dari Kazakhstan Barat digunakan untuk membiayai istana-istana dan bangunan moderen di ibukota Kazakhstan, Astana. Sementara kota-kota di Kazakhstan barat tetap miskin seperti pada jaman kekuasaan Uni Sovyet. Katanya, para birokrat yang korup semakin kaya di dua kota terbesar negara itu.
Tetapi ia mengatakan keluhan-keluhan lokal sering diredam dalam pemerintahan Presiden Nursultan Nazarbayev yang otoriter, yang memimpin Kazakhstan sejak 20 tahun lalu.