Negosiasi program nuklir Iran kembali berlangsung di Vienna setelah diskusi tengah malam.
Hasil pertemuan dengan Perdana Menteri Iran Mohammad Javad Zarif sehari sebelumnya positif, menurut Menteri Luar Negeri AS John Kerry hari Minggu pagi (12/7).
“Menurut saya kita sudah hampir mencapai keputusan-keputusan nyata. Jadi, saya tetap optimis, karena masih banyak hal-hal sulit yang harus kita diskusikan," ujarnya kepada wartawan secara singkat di luar hotel di ibukota Austria itu.
Kerry kemudian kembali ke Palais Coburg, di mana perundingan berlangsung selama dua minggu terakhir. Kelompok negara P5+1 bekerja untuk mencapai kesepakatan yang akan meringankan sanksi ekonomi terhadap Iran sebagai ganti atas batasan-batasan terhadap program nuklir Teheran.
Perdana Menteri Perancis Laurent Fabius tiba di Palais Coburg hari Minggu untuk berunding dengan kepala Badan Energi Atom Internasional.
"Saya berharap kita memasuki tahap akhir negosiasi marathon ini," kata Fabius pada para wartawan.
Dengan tenggat waktu yang diterapkan semakin dekat, yaitu 13 Juli, belum ada jadwal yang ditetapkan untuk mengumumkan hasil kesepakatan.
Menteri Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, yang juga ikut dalam perundingan, mengatakan hari Minggu pagi bahwa para negosiator berada dalam "saat-saat yang menentukan."
Menteri-menteri luar negeri Inggris, Perancis dan Jerman juga bertemu di Vienna pada hari Sabtu, namun para diplomat kelas tinggi dari negara P5+1 lainnya absen dalam perundingan dalam beberapa hari terakhir.
Lavrov dinanti di Vienna
Media Rusia melaporkan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menuju ibukota Austria tersebut untuk bergabung dalam pertemuan tersebut. Belum dipastikan apakah Perdana Menteri China, Wang Yi, juga akan kembali ke Vienna hari Minggu.
Di antara perselisihan pendapat lain, terdapat perbedaan pendapat tentang embargo senjata PBB terhadap Iran, yang ingin dipertahankan Barat.
Khamenei: AS 'contoh terbaik keangkuhan'
Sementara itu, pada hari Sabtu, pemimpin Iran, menyerukan perjuangan melawan AS diteruskan, dan menyatakan ketidakpercayaan Teheran terhadap AS akan terus ada, apapun hasil perundingan ini.
Press TV yang diatur oleh negara mengutip Khamenei menyebut AS sebagai "contoh terbaik keangkuhan." Media tersebut menyebutkan Khamenei berkata pada siswa universitas di Teheran untuk "bersiap meneruskan perlawanan terhadap kekuatan-kekuatan yang arogan."