Kelompok bersenjata Papua Nugini membebaskan seorang profesor Australia yang telah disandera selama seminggu. Ia dibebaskan bersama dengan dua rekannya, Reuters melaporkan pada Minggu (26/2), mengutip Australian Broadcasting Corporation.
Sekelompok peneliti arkeologi, termasuk profesor yang bekerja untuk sebuah universitas Australia, dua lulusan universitas Papua Nugini dan seorang koordinator program disandera pada Minggu lalu oleh sekelompok pria yang menuntut uang tebusan, kata para pejabat.
Seorang juru bicara pemerintah wilayah Gunung Bosavi mengatakan ketiganya dibebaskan setelah uang tebusan dibayarkan.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang laporan pembebasan tim peneliti di negara Kepulauan Pasifik itu.
Profesor Bryce Barker, mahasiswa doktoral Teppsy Beni dari University of Southern Queensland, dan peneliti Museum Nasional Papua Nugini Jemina Haro ditangkap pada 19 Februari di desa Fogomaiyu.
Tim Barker sedang menyelidiki apakah Papua Nugini merupakan jembatan bagi migrasi manusia pertama ke Australia puluhan ribu tahun lalu.
Desa terpencil Fogomaiyu, di wilayah Gunung Bosavi di provinsi Hela, merupakan bagian dari runtuhan kerucut gunung berapi yang telah punah.
Pembebasan ketiga sandera itu akan mengakhiri negosiasi berhari-hari dan operasi keamanan yang melibatkan polisi dan personel pertahanan Papua Nugini yang sedang berkonsultasi dengan pemerintah Australia dan Selandia Baru, menurut laporan ABC.
Profesor itu adalah penduduk Australia dan warga negara Selandia Baru. Reuters tidak dapat menyebutkan nama anggota grup tersebut karena situasi yang sensitif.
Seorang sandera perempuan, juga salah satu dari ketiganya, dibebaskan lebih awal. Saat itu, polisi Papua Nugini mengatakan mereka sedang mengupayakan "resolusi damai" dalam mengatasi situasi tersebut. [ah/ft], [lt/ab]
Forum