Salah seorang staf khusus milenial Presiden Joko Widodo, Billy Mambrasar sempat membuat heboh akibat kicauannya di Twitter beberapa waktu lalu yang memuat tentang "kubu sebelah".
Terkait hal tersebut, Jokowi meminta kepada semua pihak untuk tidak membully staf barunya itu.
Ia pun memaklumi hal tersebut karena staf barunya berasal dari kalangan anak muda, yang tidak jarang selalu bersemangat dalam melakukan segala sesuatunya.
"Salah sedikit tidak apa-apa lah, anak muda, kan sudah minta maaf. Anak-anak muda ini kan, anak muda umur 30an. Salah-salah sedikit ya dimaafkan. Buat saya enggak ada masalah. Masih pada proses menyusun ini, kok di-bully," ujarnya saat berbincang dengan wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/12).
Ia pun mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk memberikan ruang dan waktu bagi para staf khusus milenialnya untuk bisa bekerja dengan baik sehingga berdampak luas bagi masyarakat di masa depan.
"Berikan ruang yang selebar-lebarnya anak-anak kita ini untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang baik, untuk berinteraksi dengan masyarakat. Untuk melihat negara ini lebih luas dan betapa beragamnya. Sehingga mereka nanti akan terinspirasi dan muncul ide-ide, gagasan, inovasi yang baik. Baru sehari dua hari sudah dikomentari yang enggak-enggak," tandasnya.
Sebelumnya Billy lewat akun Twitter @kitongbisa mencuit soal bekerja membahas Pancasila. Dalam cuitannya ia memuat kata-kata "kubu sebelah".
"Stlh membahas ttg Pancasila (yg bikin kubu sebelah megap2), lalu kerja mendesign kartu Pra-kerja di Jkt, lalu sy ke Pulau Damai penuh keberagaman: BALI! Utk mengisi materi co-working space, mendorong bertambahnya jumlah entrepreneur muda, utk pengurangan pengangguran&angka kemiskinan," kata cuitan Billy yang telah dihapus.
Setelah itu, ia pun memberikan klarifikasi melalui akun yang sama. Dia meminta maaf, karena mencuit kata 'kubu sebelah' dalam cuitan itu.
Ditemui usai bertemu Jokowi hari ini, Billy tidak banyak berkomentar terkait cuitannya. Billy hanya mengatakan pertemuannya dengan Jokowi membahas tugas-tugas yang diberikan kepada staf khusus.
Ditambahkannya, dalam tugasnya sebagai staf khusus presiden dari kalangan milenial, Jokowi sama sekali tidak membatasi apapun. Termasuk dalam hal sosial media.
"Kita kerja sesuai dengan KPI, responsibility, dan kalau ada progres tugas yang diberikan kepada kami tentunya kami akan sampaikan dengan baik. Saya pikir kita tidak dibatasi dalam mengadvokasi kebijakan atau isu yang kritikal itu tidak ada. Kita menjalankan tugas dan tanggung jawab dan kita mengadvokasi," jelas Billy.
Jokowi Berikan Beberapa Tugas Khusus untuk Staf Khusus Presiden Milenial
Jokowi menjelaskan bahwa untuk tahap awal, ia meminta staf khusus milenialnya bisa memberikan masukan-masukan, pembaharuan serta inovasi terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Ia mencontohkan beberapa kebijakan seperti kartu pra kerja dan nasabah mekaar misalnya.
"Contoh, kartu pra kerja, sudah saya sampaikan kepada mereka. Coba, kartu prakerja nanti dikonsep, dilaksanakan seperti apa, agar gampang dikontrol. kedua, berkaitan dengan nasabah mekaar, yang produknya macam-macam sekali. Gimana itu bisa kemasannya diperbaiki, merek diperbaiki. Kemudian dibuatkan marketplace yang baik," jelas Jokowi.
Ia juga berharap para anak muda yang dianggapnya luar biasa ini juga bisa memberikan masukan kepadanya terkait masalah pendidikan, apalagi fokus pemerintah saat ini adalah memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Tapi, sekali lagi, dengan luas wilayah kita yang sangat gede banget, dengan memakai inovasi teknologi akan mempermudah. Sekarang gimana mengontrol 75 ribu desa, sehingga seluruh kegiatan di situ dapat dikontrol dengan baik. Nanti akan muncul inovasi yang sangat bagus dari stafsus saya, karena mereka bukan orang biasa," jelas Jokowi.
Pengamat: Staf Khusus Presiden Milenial Harus Diarahkan dengan Baik
Sementara itu pengamat politik Gun Gun Heriyanto kepada VOA mengatakan memang terlalu dini untuk menilai kinerja staf khusus presiden dari kalangan milenial tersebut. Maka dari itu menurut Jokowi harus bisa mengarahkan dengan baik apa saja tugas dari masing-masing anak muda tersebut, sehingga mereka tidak akan kebingungan dan bisa berkontribusi kepada bangsa.
"Menurut saya, mereka butuh arahan dan tugas presiden, karena kalau tidak ada guidance nanti bisa nabrak-nabrak. Karena bagaimana stafsus itu meskipun karakter milenial itu cair, dinamis, inovatif, related dengan kekinian, tetapi jangan dilupakan bahwa mereka berada di birokrasi," ujar Gun Gun.
Ditambahkanya, ada baiknya para staf khusus milenial tersebut jangan terlalu diekspos berlebihan oleh pihak istana. Hal ini, kata Gun Gun agar para anak muda tersebut bisa bekerja fokus dan maksimal. Ini mengingat masih banyak yang menganggap bahwa posisi staf khusus milenial ini hanya sebagai pemanis belaka.
"Jangan sampai sekedar menjadi gimmick. Kalau dia kompeten, tapi tidak punya direction yang jelas, tidak punya guidance yang jelas, mereka akan stuck. Jangan terlalu banyak ekspose berlebihan di media, karena tugas mereka memberi masukan kepada Presiden dengan kerja kongkrit, karena mereka sendiri belum jelas apakah mereka memposisikan diri sebagai jubir atau tidak," imbuhnya. [gi/ii]