Tautan-tautan Akses

Israel Tunda Pembebasan Tahanan Palestina


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dalam konferensi pers di Yerusalem, 9 Desember 2024. (Foto: AP)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dalam konferensi pers di Yerusalem, 9 Desember 2024. (Foto: AP)

Pembebasan 620 tahanan Palestina ditunda selama beberapa jam dan seharusnya berlangsung segera setelah Hamas membebaskan enam sandera Israel pada Sabtu (22/2).

Israel menyatakan pembebasan ratusan tahanan Palestina ditunda "hingga pembebasan sandera berikutnya dipastikan, dan tanpa upacara yang memalukan" dalam penyerahan tawanan Israel di Gaza.

Pernyataan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (23/2) dini hari itu disampaikan saat kendaraan yang tampaknya membawa para tahanan keluar dari gerbang penjara Ofer yang terbuka, tetapi lalu berbalik dan masuk kembali.

Pembebasan 620 tahanan Palestina ditunda selama beberapa jam dan seharusnya berlangsung segera setelah Hamas membebaskan enam sandera Israel pada Sabtu (22/2). Pembebasan ini seharusnya menjadi yang terbesar dalam satu hari selama fase pertama gencatan senjata di Gaza.

Pengumuman mendadak Israel kian memperkeruh masa depan gencatan senjata.

Komisi Otoritas Palestina untuk urusan tahanan mengonfirmasi bahwa pembebasan ditunda "hingga pemberitahuan lebih lanjut." Video Associated Press dari Tepi Barat menunjukkan keluarga para tahanan menunggu di luar ruangan dalam cuaca hampir beku sebelum akhirnya bubar. Seorang perempuan tampak berjalan pergi sambil menangis.

Keenam sandera yang dibebaskan Hamas pada Sabtu (22/2) merupakan sandera hidup terakhir yang diperkirakan dilepaskan dalam fase pertama gencatan senjata, yang masih memiliki sisa waktu satu minggu. Sementara itu, pembicaraan mengenai fase kedua gencatan senjata belum dimulai.

Keenam orang tersebut termasuk tiga pria Israel yang diculik dari festival musik Nova dan satu lainnya yang ditangkap saat mengunjungi keluarga di Israel selatan selama serangan 7 Oktober 2023 yang dipimpin oleh Hamas—kelompok yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat—yang memicu perang selama 16 bulan di Gaza. Dua orang lainnya ditahan selama satu dekade setelah memasuki Gaza atas kemauan mereka sendiri.

Eliya Cohen dikawal militan Hamas saat dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata di Nuseirat, Gaza, 22 Februari 2025. (Foto: Reuters)
Eliya Cohen dikawal militan Hamas saat dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata di Nuseirat, Gaza, 22 Februari 2025. (Foto: Reuters)

Menunda-nunda

Pemerintah Israel tidak menanggapi pertanyaan terkait penundaan pembebasan tahanan. Sementara itu, Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata. Juru bicara Hamas Abdel Latif Al-Qanou menuding Netanyahu "sengaja mengulur-ulur waktu."

Pembebasan sandera itu terjadi setelah insiden memilukan pada Kamis, ketika Hamas menyerahkan jenazah Shiri Bibas yang keliru. Ia adalah seorang ibu Israel yang diculik bersama dua putranya yang masih kecil. Jenazah tersebut ternyata milik seorang perempuan Palestina yang tidak disebutkan namanya. Netanyahu bersumpah akan membalas "pelanggaran yang kejam dan jahat," sementara Hamas menyatakan bahwa kejadian itu adalah kesalahan.

Otoritas forensik Israel mengonfirmasi bahwa jenazah yang diserahkan pada Jumat adalah milik Shiri Bibas. Dr. Chen Kugel, Kepala Institut Kedokteran Forensik Nasional, menyatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti yang mendukung klaim Hamas bahwa Bibas dan anak-anaknya tewas akibat serangan udara Israel. Namun, Kugel tidak menjelaskan alasannya.

Mungkin Sulit

Kesepakatan gencatan senjata berhasil menghentikan pertempuran dahsyat antara Israel dan Hamas, tetapi ada kekhawatiran bahwa perang akan berlanjut. Negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata diperkirakan akan berjalan dengan lebih sulit.

Hamas mengatakan akan membebaskan empat jenazah pada minggu depan, melengkapi fase pertama gencatan senjata. Setelah itu, Hamas akan tetap menyandera lebih dari 60 orang, sekitar setengahnya diyakini masih hidup.

Hamas menyatakan tidak akan membebaskan sandera yang tersisa tanpa adanya gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Sementara itu, Netanyahu, dengan dukungan pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump, menegaskan komitmennya untuk menghancurkan kekuatan militer dan pemerintahan Hamas serta memulangkan semua sandera—dua tujuan yang secara luas dianggap bertentangan.

Serangan militer Israel menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan. Sementara itu, Israel mengklaim berhasil menewaskan lebih dari 17.000 anggota Hamas, tetapi tidak memberikan bukti.

Serangan Israel tersebut meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Gaza, meratakan seluruh lingkungan menjadi puing-puing. Pada puncaknya, perang ini membuat 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.

Serangan teroris pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Ratusan tentara Israel juga tewas dalam perang itu. [ah/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG