Tautan-tautan Akses

Hamas Serahkan Jenazah 3 Sandera, yang Keempat Tidak Diketahui Identitasnya 


Sejumlah warga berkumpul di Tel Aviv menyusul penyerahan jenazah empat sandera Israel yang ditahan Hamas pada 20 Februari 2025. (Foto: AP/Ohad Zwigenberg)
Sejumlah warga berkumpul di Tel Aviv menyusul penyerahan jenazah empat sandera Israel yang ditahan Hamas pada 20 Februari 2025. (Foto: AP/Ohad Zwigenberg)

Ratusan orang berkumpul di Kota Khan Younis di Gaza selatan tempat Hamas menyerahkan empat peti mati hitam kepada Palang Merah, yang membawanya pergi dalam sebuah konvoi dan menyerahkannya kepada militer Israel. 

Jenazah tiga sandera Israel dan jenazah seorang perempuan yang tidak diketahui identitasnya, dikembalikan ke Israel pada hari Kamis (20/2) dalam penyerahan terbaru di bawah gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Hamas.

Mereka yang diserahkan pada hari Kamis termasuk tawanan termuda — bayi Kfir Bibas, yang berusia 9 bulan ketika ia diculik, dan saudara laki-lakinya yang berusia 4 tahun, Ariel Bibas.

Jenazah ibu mereka, Shiri Bibas, juga seharusnya diserahkan. Namun pada hari Jumat (21/2), militer Israel mengatakan bahwa jenazah perempuan itu bukanlah Shiri Bibas. Jenazah itu bukan milik sandera lain dan masih belum diketahui identitasnya, kata militer.

Militer Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata.

“Ini adalah pelanggaran yang sangat serius oleh organisasi teroris Hamas, yang diwajibkan berdasarkan perjanjian untuk mengembalikan empat sandera yang telah meninggal,” kata militer dalam sebuah pernyataan.

Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-bangsa Danny Danon juga mengecam Hamas karena menyerahkan jenazah yang tidak dikenal.

“Hamas mengembalikan jenazah yang tidak dikenal, seolah-olah itu adalah kiriman yang tidak berharga. Ini adalah kehinaan baru, kejahatan dan kekejaman yang tidak ada bandingannya,” kata Danon dalam sebuah pernyataan.

Keluarga Bibas diculik dari Kibbutz Nir Oz oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Video penculikan tersebut memperlihatkan Shiri Bibas menyelimuti kedua laki-laki itu dengan kain dan dibawa pergi oleh orang-orang bersenjata.

Hamas mengatakan kedua anak laki-laki dan ibu mereka tewas dalam serangan udara Israel pada November 2023. Israel tidak pernah mengonfirmasi klaim tersebut. Ayah mereka, Yarden Bibas, diculik secara terpisah dan dikembalikan dalam keadaan hidup sebelumnya bulan ini.

Jenazah sesama warga Nir Oz, Oded Lifshitz, yang berusia 83 tahun ketika ia diculik dari rumahnya, juga diserahkan pada hari Kamis.

“Kami menerima dengan duka mendalam berita resmi dan pahit yang mengonfirmasi identifikasi jenazah Oded yang kami cintai,” kata keluarga Lifshitz dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh sebuah kelompok yang mewakili anggota keluarga dari mereka yang disandera pada 7 Oktober 2023.

Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan dalam unggahan di X bahwa hati seluruh bangsa “hancur lebur.”

Anggota kelompok militan Hamas berjaga-jaga di hari penyerahan jenazah sandera Oded Lifschitz, Shiri Bibas dan kedua anaknya Kfir dan Ariel Bibas, kepada Palang Merah di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, pada 20 Februari 2025. (Foto: Reuters/Ramadan Abed)
Anggota kelompok militan Hamas berjaga-jaga di hari penyerahan jenazah sandera Oded Lifschitz, Shiri Bibas dan kedua anaknya Kfir dan Ariel Bibas, kepada Palang Merah di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, pada 20 Februari 2025. (Foto: Reuters/Ramadan Abed)

“Atas nama Negara Israel, saya menundukkan kepala dan meminta maaf,” kata Herzog. “Maaf karena tidak melindungi Anda pada hari yang mengerikan itu. Maaf karena tidak membawa Anda pulang dengan selamat.”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Kamis akan menjadi “hari duka” bagi bangsanya.

Ratusan orang berkumpul di Kota Khan Younis di Gaza selatan tempat Hamas menyerahkan empat peti mati hitam kepada Palang Merah, yang membawanya pergi dalam sebuah konvoi dan menyerahkannya kepada militer Israel.

Sebuah prosesi Israel melewati daerah-daerah tempat orang-orang berkumpul di sisi jalan sambil memegang bendera Israel. Jenazah-jenazah tersebut tiba beberapa jam kemudian di Pusat Kedokteran Forensik Nasional di Tel Aviv untuk mengonfirmasi identitas mereka.

Sebelum menyerahkan keempat peti mati itu kepada Palang Merah, Hamas memajangnya di atas panggung di lokasi serah terima bersama bendera dan spanduk.

Salah satu spanduk menuduh Netanyahu sebagai penjahat perang dan mengatakan serangan udara Israel menewaskan para sandera.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam apa yang disebutnya sebagai pementasan acara yang “menjijikkan dan kejam,” dan kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk mengatakan pada hari Kamis bahwa jenazah harus dihormati.

“Berdasarkan hukum internasional, setiap penyerahan jenazah orang yang meninggal harus mematuhi larangan perlakuan yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, memastikan penghormatan terhadap martabat orang yang meninggal dan keluarga mereka,” kata Turk dalam sebuah pernyataan.

Komite Internasional Palang Merah, yang telah memfasilitasi pembebasan sandera dan tahanan sejauh ini, juga menyerukan agar penyerahan jenazah “dilakukan secara pribadi sebagai bentuk penghormatan tertinggi kepada orang yang meninggal dan mereka yang ditinggalkan dalam duka.”

Pada hari Sabtu (22/2), enam sandera yang masih hidup akan dibebaskan sebagai timbal balik atas pembebasan ratusan warga Palestina lainnya yang ditahan oleh pasukan Israel di Gaza selama perang.

Israel dan Hamas berada dalam tahap pertama gencatan senjata yang dimulai pada tanggal 19 Januari. Pembicaraan tahap kedua dijadwalkan akan dimulai minggu ini, menurut Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar.

Seorang juru bicara Hamas pada hari Kamis menuduh Netanyahu “menunda-nunda mengenai tahap kedua,” dengan mengatakan kelompok itu “siap untuk terlibat.”

Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada kantor berita Agence France-Presse bahwa para sandera yang tersisa mungkin akan dibebaskan bersama-sama selama tahap gencatan senjata berikutnya.

“Kami telah memberi tahu para mediator bahwa Hamas siap untuk membebaskan semua sandera dalam satu kelompok selama tahap kedua perjanjian, bukan secara bertahap seperti pada tahap pertama saat ini,” kata pejabat senior Hamas Taher al-Nunu kepada kantor berita tersebut.

Hamas diyakini masih menahan 66 sandera lagi, sekitar setengahnya masih hidup.

Kelompok tersebut mengatakan mereka akan membebaskan sandera yang tersisa hanya dengan imbalan penghentian pertempuran secara permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah Gaza. [lt/rs]

Sebagian informasi untuk berita ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse, dan Reuters.

Forum

XS
SM
MD
LG