Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Minggu (23/2) mengatakan pasukannya akan tetap berada di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki di mana Israel telah melancarkan serangan selama berminggu-minggu. Langkah ini dilakukan seiring pernyataan Israel bahwa mereka memperdalam serangannya di wilayah Palestina.
Israel melancarkan serangan besar-besaran di Tepi Barat bagian utara pada 21 Januari – dua hari setelah pemberlakuan gencatan senjata yang menghentikan perang di Gaza – dan kemudian memperluasnya ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
Israel mengatakan mereka bertekad untuk membasmi militansi di wilayah tersebut, tetapi Palestina melihat serangan itu sebagai bagian dari upaya memperkuat kontrol Israel atas wilayah itu.
Tiga juta warga Palestina hidup di bawah kekuasaan militer di Tepi Barat.
Serangan yang menelan korban jiwa itu telah menyebabkan kehancuran di daerah perkotaan dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi.
Israel Katz mengatakan telah menginstruksikan militer untuk bersiap-siap tetap berada di beberapa kamp pengungsi di Tepi Barat, tempat sekitar 40.000 warga Palestina mengungsi – angka yang dikonfirmasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) – dan membuat wilayah tersebut “dikosongkan dari penghuninya.”
Dalam sebuah pernyataan, Israel Katz mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk "bersiap memperpanjang masa tinggal di kamp-kamp yang telah dibersihkan pada tahun mendatang dan tidak mengizinkan kembalinya para penduduk, atau teror akan tumbuh lagi."
Militer Israel memperluas serangan di Tepi Barat ke wilayah lain dan, dalam tindakan yang jarang terjadi, mengirim tank ke Jenin, yang telah sejak lama menjadi benteng perjuangan bersenjata melawan Israel.
Perjanjian 1990an Tak Lagi Dihormati?
Berdasarkan perjanjian perdamaian sementara pada awal tahun 1990an, Israel mempertahankan kendali atas sebagian besar wilayah Tepi Barat sementara Otoritas Palestina mengelola wilayah lainnya.
Israel secara teratur mengirimkan pasukan ke wilayah Palestina, tetapi biasanya menarik mereka setelah pasukan menyelesaikan misi mereka.
PBB mengatakan operasi yang dilakukan saat ini adalah yang terpanjang sejak awal tahun 2000an, ketika Israel secara rutin menyerbu Tepi Barat sebagai respons terhadap pemberontakan Palestina yang menelan korban jiwa.
Ketegangan di Tepi Barat
Kekerasan telah meningkat di Tepi Barat selama perang antara Israel dan Hamas – kelompok yang telah dikategorikan Amerika Serikat sebagai organisasi teroris - pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang. Israel telah melakukan serangan berulang kali selama periode tersebut, namun dengan terhentinya pertempuran di Gaza dan Lebanon, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di bawah tekanan dari mitra pemerintahan sayap kanan untuk menindak militansi di Tepi Barat.
Lebih dari 800 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat sejak perang di Gaza meletus pada 7 Oktober 2023. Israel mengatakan sebagian besar korban tewas adalah militan, namun para pemuda yang melakukan pelemparan batu yang memprotes serangan itu, serta orang-orang yang tidak terlibat dalam konfrontasi juga telah tewas terbunuh. Dalam operasi terbaru, seorang perempuan Palestina yang sedang hamil tewas terbunuh.
Serangan Pemukim Yahudi di Tepi Barat
Pemukim Yahudi juga berulang kali melakukan serangan di seluruh wilayah Palestina di wilayah itu. Ada juga peningkatan serangan warga Palestina yang berasal dari Tepi Barat. Sebuah ledakan mengguncang tiga bus kosong yang diparkir di Israel pada Kamis (20/2) malam, yang diduga merupakan serangan militan.
Intensifikasi serangan ini terjadi pada saat yang sensitif, karena gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih lemah. Israel mengatakan pihaknya menunda pembebasan ratusan tahanan Palestina sampai mendapat jaminan bahwa Hamas menghentikan apa yang Israel sebut sebagai penyerahan sandera yang “memalukan” untuk dibebaskan. Kedua belah pihak tampaknya belum memulai perundingan mengenai perpanjangan gencatan senjata dan keruntuhan gencatan senjata dapat menyebabkan pertempuran baru di Gaza yang dilanda perang.
Israel merebut Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur dalam perang Timur Tengah 1967. Palestina menginginkan ketiga wilayah tersebut sebagai negara merdeka mereka di masa depan.
Sedikitnya 1.200 warga Israel tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Hamas juga menyandera sekitar 250 orang, yang sebagian besar telah dibebaskan.
Sementara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan lebih dari 48.200 orang – terutama perempuan dan anak-anak – tewas akibat serangan darat dan udara Israel. Jumlah ini tidak membedakan warga sipil dan kombatan. Namun Israel, dengan tanpa bukti, mengklaim bahwa korban tewas itu mencakup 17.000 kombatan.
Serangan itu menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan membuat sebagian besar penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi. [em/ab]
Forum