Tautan-tautan Akses

Israel Tingkatkan Perlawanan Terhadap Gerakan Boikot


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri rapat kabinet di Yerusalem (26/5).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri rapat kabinet di Yerusalem (26/5).

Gerakan pemboikotan ini adalah untuk menekan Israel dalam bidang keuangan supaya negara Yahudi itu mengakhiri pendudukan dan pemukiman di wilayah yang dicaploknya tahun 1967.

Israel meningkatkan perlawanan terhadap gerakan dunia untuk memboikot bisnis Israel yang beroperasi di wilayah Palestina yang didudukinya.

Beberapa analis mengatakan dukungan bagi gerakan pemboikotan itu tampaknya meningkat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan tekadnya untuk tidak akan pernah membiarkan negara Palestina berdiri. Pernyataan itu bahkan telah dibantah sendiri oleh Netanyahu.

Gerakan BDS – “boycott divestment and sanctions movement” – atau “gerakan pemboikotan divestasi dan sanksi” ini adalah untuk menekan Israel dalam bidang keuangan supaya negara Yahudi itu mengakhiri pendudukan dan pemukiman di wilayah yang dicaploknya tahun 1967, dengan memboikot perusahaan-perusahaan Israel.

Analis Timur Tengah Sharif Nashashibi mengatakan gerakan itu agaknya telah meraih momentum.

“Gerakan pemboikotan divestasi dan sanksi itu semakin efektif. Otorita Palestina mengajukan Israel ke Mahkamah Kriminal Internasional. Walaupun gerakan ini disambut sebagai pengakuan dunia, harus tetap ada desakan terhadap Israel untuk menjadikan negara Palestina sebagai kenyataan," ujarnya.

Direktur perusahaan telepon seluler milik Perancis “Orange” mengatakan pekan lalu perusahaan itu akan membatalkan perjanjian dengan operator Israel “Partner." Ia kemudian menegaskan bahwa kebijakan itu didasarkan pada pertimbangan keuangan bukan politik.

Tetapi Perdana Menteri Israel Netanyahu marah dan mengundang pemimpin “Orange” ke Israel untuk menjelaskan hal tersebut.

Netanyahu mengatakan pemerintah Israel akan bersikukuh bertahan melawan upaya apapun yang merugikan Israel lewat kebohongan, tudingan palsu dan pemboikotan.

"Kami akan melawan tekanan apapun. Kami akan mengungkap kebohongan dan memaksa para penyerang itu supaya membela Israel," ujarnya.

Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius menengahi perdebatan itu dengan mengatakan Perancis tidak mendukung gerakan pemboikotan tersebut.

Fabius mengatakan pimpinan “Orange” itu bisa menjelaskan strategi bisnisnya. Tetapi soal pemboikotan tidak diakui oleh hukum internasional.

Sekutu-sekutu internasional Israel pada umumnya telah mengecam luas gerakan pemboikotan itu tetapi mereka juga kehilangan kesabaran terhadap Perdana Menteri Netanyahu, menurut Yossi Mekelberg, pakar hubungan internasional di Regents University London.

“Saya kira Israel telah mulai menyadari bahwa di luar sana, di dalam organisasi-organisasi internasional, di dalam pemerintahan di Uni Eropa, bahkan di Amerika, banyak yang menilai pemerintah Netanyahu memblokir upaya perdamaian dengan memperluas pemukiman penduduk Yahudi," ujarnya.

"Dan karenanya mereka berpikir mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya perjanjian perdamaian. Termasuk menarget ekonomi di kawasan pemukiman tersebut."

Awal bulan ini Presiden AS Barack Obama mengatakan masyarakat internasional tidak percaya bahwa Israel serius akan menjalankan solusi dua negara.

“Karena itu semakin sulit meyakinkan orang-orang yang prihatin tentang perluasan permukiman itu, dan orang-orang yang prihatin melihat keadaan saat ini. Juga semakin sulit bagi saya untuk mengatakan kepada orang-orang itu, 'Sabarlah, karena prosesnya sedang berjalan'," ujarnya.

Israel menuduh kelompok militan Palestina yang menghambat proses perdamaian. Pesawat-pesawat tempur Israel menggempur Jalur Gaza hari Minggu (7/6) guna membalas tembakan roket yang menghantam bagian selatan Israel.

XS
SM
MD
LG