YERUSALEM —
Wartawan VOA Al Pessin melaporkan dari Yerusalem bahwa perundingan Israel-Palestina dilangsungkan menyusul pembebasan 26 orang Palestina yang dipenjara Israel.
Warga Palestina meneriakkan “Allah Maha Besar” dan menembakkan roket dan senjata Rabu dini hari. Ini merupakan perayaan untuk menyambut ke-26 orang yang baru dibebaskan dari penjara Israel tersebut.
Sejumlah perempuan bersorak riang menyambut 26 laki-laki tersebut bagaikan pahlawan. Masing-masing mereka telah menjalani lebih dari 20 tahun dalam penjara atas tuduhan ikut dalam aksi-aksi serangan terhadap Israel, dan beberapa diantaranya divonis bersalah atas pembunuhan.
Tetapi suasana berbeda di Israel, dimana warga cemas dan khawatir pembebasan para tahanan itu tidak akan membawa kemajuan menuju perdamaian. Sejumlah pihak di Israel mendukung dibukanya lagi perundingan, meski dengan pembebasan tahanan dan pesimisme tentang hasilnya nanti.
Analis Jordan Perry dari perusahaan analisa resiko Maplecroft di Inggris mengatakan tawar-menawar yang diinginkan para juru runding itu tidak populer di kalangan rakyat Israel – yaitu rencana menukar lahan di dalam perbatasan Israel sebelum perang tahun 1967 dengan pemukiman-pemukiman Israel di Tepi Barat.
“Kesepakatan seperti itu harus terlebih dulu melalui referendum dan kita sudah melihat dalam berbagai jajak pendapat baru-baru ini bahwa mayoritas rakyat Israel tidak akan menerima status perbatasan tahun 1967 dengan imbalan lahan,” kata Jordan Perry.
Menurut Perry, warga Palestina juga terpecah. “Warga Palestina, terutama Otorita Palestina, telah berupaya mengakui sejumlah fakta di lapangan yang sebelumnya sulit diterima. Tapi pada saat bersamaan, ada berbagai pihak di kalangan politisi Palestina yang belum menunjukkan perubahan posisi yang nyata mengenai perundingan dengan Israel,” jelasnya.
Salah satu penentang utama di pihak Palestina adalah Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza.
Pertemuan pertama hari Rabu itu akan dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya di Ramallah, ibukota baru Palestina, dan kedua pihak telah berkomitmen meneruskan perundingan intensif tanpa berbicara kepada media.
Namun tidak ada indikasi adanya gagasan-gagasan revolusioner untuk mengatasi isu-isu utama seperti masa depan pemukiman dan nasib kota Yerusalem, hak-hak para pengungsi Palestina, dan perbatasan negara Palestina di masa depan sehingga harapan akan hasil yang memuaskan sangat kecil.
Warga Palestina meneriakkan “Allah Maha Besar” dan menembakkan roket dan senjata Rabu dini hari. Ini merupakan perayaan untuk menyambut ke-26 orang yang baru dibebaskan dari penjara Israel tersebut.
Sejumlah perempuan bersorak riang menyambut 26 laki-laki tersebut bagaikan pahlawan. Masing-masing mereka telah menjalani lebih dari 20 tahun dalam penjara atas tuduhan ikut dalam aksi-aksi serangan terhadap Israel, dan beberapa diantaranya divonis bersalah atas pembunuhan.
Tetapi suasana berbeda di Israel, dimana warga cemas dan khawatir pembebasan para tahanan itu tidak akan membawa kemajuan menuju perdamaian. Sejumlah pihak di Israel mendukung dibukanya lagi perundingan, meski dengan pembebasan tahanan dan pesimisme tentang hasilnya nanti.
Analis Jordan Perry dari perusahaan analisa resiko Maplecroft di Inggris mengatakan tawar-menawar yang diinginkan para juru runding itu tidak populer di kalangan rakyat Israel – yaitu rencana menukar lahan di dalam perbatasan Israel sebelum perang tahun 1967 dengan pemukiman-pemukiman Israel di Tepi Barat.
“Kesepakatan seperti itu harus terlebih dulu melalui referendum dan kita sudah melihat dalam berbagai jajak pendapat baru-baru ini bahwa mayoritas rakyat Israel tidak akan menerima status perbatasan tahun 1967 dengan imbalan lahan,” kata Jordan Perry.
Menurut Perry, warga Palestina juga terpecah. “Warga Palestina, terutama Otorita Palestina, telah berupaya mengakui sejumlah fakta di lapangan yang sebelumnya sulit diterima. Tapi pada saat bersamaan, ada berbagai pihak di kalangan politisi Palestina yang belum menunjukkan perubahan posisi yang nyata mengenai perundingan dengan Israel,” jelasnya.
Salah satu penentang utama di pihak Palestina adalah Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza.
Pertemuan pertama hari Rabu itu akan dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya di Ramallah, ibukota baru Palestina, dan kedua pihak telah berkomitmen meneruskan perundingan intensif tanpa berbicara kepada media.
Namun tidak ada indikasi adanya gagasan-gagasan revolusioner untuk mengatasi isu-isu utama seperti masa depan pemukiman dan nasib kota Yerusalem, hak-hak para pengungsi Palestina, dan perbatasan negara Palestina di masa depan sehingga harapan akan hasil yang memuaskan sangat kecil.