Iran telah menolak permintaan Amerika untuk mengembalikan sebuah pesawat tak berawak yang menurut Teheran telah jatuh di dekat perbatasannya dengan Afhganistan awal bulan ini. Menteri Pertahanan Iran, Brigjen Ahmad Vahidi, hari Selasa mengatakan bahwa pesawat itu menjadi milik Iran.
Media pemerintah juga mengutip jurubicara Kementerian Luar Negeri Ramin Mehmanparast yang mengatakan insiden pesawat pengintai itu merupakan pelanggaran keamanan dan Amerika harus meminta maaf atas insiden tersebut.
Iran mengatakan Amerika harus menerima konsekuensi setelah pesawat pengintai Amerika jatuh di wilayah Iran sebelumnya bulan ini.
Iran telah mengajukan keluhan kepada Perserikatan Bangsa Bangsa tentang insiden pesawat tak berawak itu, dan menyatakan lagi sikapnya hari Selasa bahwa Amerika melanggar hukum internasional.
Presiden Barack Obama mengatakan Amerika telah meminta pesawat itu dikembalikan dan ingin tahu bagaimana pihak Iran menanggapinya. Tetapi Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menyatakan bahwa mengingat perilaku Iran pada masa lalu, pihaknya memperkirakan Iran tidak akan memenuhinya.
Obama, dalam keterangannya kepada wartawan hari Senin, menolak mengomentari apa yang ia sebut “masalah intelijen yang bersifat rahasia.” Tetapi berbagai berita menyebutkan pesawat berteknologi canggih untuk menghindari deteksi radar itu mungkin tersesat ke wilayah angkasa Iran dari Afhganistan atau sedang memata-matai program nuklir Iran.
Iran menyatakan menjatuhkan pesawat itu dengan serangan cyber di wilayah perbatasan timurnya. Para pejabat mengatakan pakar-pakar militer sedang dalam tahap akhir mengambil data dari pesawat tersebut.
Iran menyatakan pesawat tak berawak itu bertipe RQ-170, yang dirancang untuk menghindari radar musuh sewaktu melakukan misi pengintaian.
