Untuk pertama kalinya, China menjadi sumber utama investasi asing di Australia, menjadikan Amerika Serikat turun ke tempat kedua.
Tahun lalu, investor China yang kaya-raya mencurahkan $21,8 miliar bagi Australia, sementara investasi dari Amerika Serikat tercatat berjumlah $13,8 miliar.
Angka-angka ini tercantum dalam laporan tahunan yang dirilis Badan Peninjauan Investasi Asing Australia, yang didirikan untuk meregulasi investasi dari luar negeri.
Sebagian besar investasi dari China adalah di sektor properti, dengan nilai $9,5 miliar di tahun 2014. Ini lebih dari dua kali lipat investasi AS dalam sektor properti di Australia.
Aliran dana dari China bagi properti di Australia telah membantu mendongkrak harga real estate sebesar 14 persen, atau 60 persen sejak 2009. Walaupun peningkatan tajam tersebut tidak hanya dikarenakan investasi asing, tapi juga karena rendahnya tingkat suku bunga di Australia dan sedikitnya inventaris properti.
Walaupun begitu, pemerintah Australia sudah mengusulkan peraturan baru yang lebih ketat bagi investasi asing pada properti perumahan.
Tim Harcourt, ekonom dari sekolah bisnis University of New South Wales mengatakan peningkatan arus investasi dari China melampaui perkiraan.
"Ini merupakan fenomena baru karena secara tradisi, investor asing terbesar bagi Australia adalah negara-negara Eropa, AS dan Jepang dalam beberapa tahun terakhir. China dan India adalah pemain baru," katanya.
"Jadi fakta bahwa mereka menjadi investor terbesar dengan begitu cepat tidak diantisipasi," ujar Harcourt. Menurutnya, sebagian besar investor China tersebut berharap untuk mendapat izin tinggal tetap di Australia atau ingin mendapat akses bagi pendidikan tinggi untuk anak-anak mereka.
Tahun lalu, sebuah komite parlemen di Canberra menemukan bahwa investasi asing sebetulnya membantu mengendalikan harga dengan mendorong pembangunan rumah-rumah baru, bukannya mendistorsi pasaran perumahan di Australia. Keuntungan lainnya, menurut regulator, investasi asing juga mendorong penciptaan tenaga kerja di sektor konstruksi dan meningkatkan perolehan pajak.
Untuk merespon permintaan yang meningkat dari investor China, perusahaan-perusahan pengembang di Australia juga membuka kantor-kantor cabang di Beijing dan Hong Kong untuk menawarkan layanan khusus kepada investor lokal.
Sementara penjualan properti bagi investor China berlanjut, penjualan lahan-lahan pertanian di Australia kepada investor asing terus menjadi perdebatan. Mereka yang tidak setuju berargumen bahwa itu dapat mengancam keamanan pangan, sementara mereka yang setuju bersikeras masuknya investor asing di sektor agrikultur dapat membantu kesinambungan finansial salah satu industri ekspor utama Australia ini.