Tautan-tautan Akses

Inggris Tekan Kepolisian agar Larang Demo Pro Palestina pada "Armistice Day"


Ribaun warga melakukan aksi unjuk rasa pro-Palestina di depan gedung parlemen Inggris di London (foto: dok).
Ribaun warga melakukan aksi unjuk rasa pro-Palestina di depan gedung parlemen Inggris di London (foto: dok).

Kepolisian Inggris semakin ditekan pemerintah pada Rabu (8/11) untuk melarang demonstrasi proPalestina yang telah diagendakan akan dilakukan di London pada hari yang sama ketika negara itu memperingati korban perang.

Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan dia akan meminta komisioner polisi metropolitan bertanggung jawab atas keputusannya membolehkan demonstrasi menentang perang Israel-Hamas untuk dilakukan hari Sabtu mendatang.

Puluhan ribu orang diperkirakan akan memenuhi jalan-jalan di ibu kota Inggris itu untuk menuntut gencatan senjata dalam konflik yang kini memasuki bulan kedua.

Pemimpin konservatif itu mengatakan, demo pada Armistice Day atau Hari Gencatan Senjata akan menjadi provokatif dan tidak menghormati, tetapi penyelenggara menolak permintaan itu dan juga permintaan dari polisi metropolitan untuk menunda aksi demonstrasi.

Namun, kepala kepolisian metropolitan Mark Rowley mengatakan bahwa aksi itu, yang diselenggarakan oleh Koalisi Stop Perang, tidak mencapai ambang batas untuk bisa digagalkan oleh pemerintah.

Rowley mengatakan larangan semacam itu sangat langka dan menjadi pilihan terakhir ketika memang ada ancaman gangguan yang serius.

“Acara yang dilangsungkan pada akhir pekan ini sangat besar dan penting bagi bangsa kita,” kata dia dalam sebuah pernyataan. “Kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan acara itu berlangsung tanpa gangguan.”

Sunak dijadwalkan bertemua dengan Rowley pada hari Rabu dan para menteri di pemerintahan menyarankan agar komisaris polisi itu berpikir kembali.

“Ada ambang batas hukum dan komisaris memandang bahwa ambang batas hukum itu belum dipenuhi,” ujar Menteri Kesehatan Steve Barclay kepada TV Sky News. “Tentu saja, Kementerian Dalam Negeri dan para kolega akan mendiskusikan itu sepanjang hari,” tambahnya.

Menteri Kebudayaan Lucy Frazer mengatakan dalam wawancara radio bahwa polisi tetap harus menempatkan aksi protes itu di bawah pengawasan.

Tanggal 11 November diperingati sebagai akhir dari pertempuran dalam Perang Dunia I, dan pengorbanan dari pasukan bersenjata dalam seluruh konflik sejak 1914.

Kelompok-kelompok protes tidak mengindikasikan bahwa mereka berencana akan melakukan aksi pada minggu yang disebut sebagai Hari Peringatan, ketika upacara yang khidmat dan mengheningkan cipta selama dua menit diselenggarakan di tempat peringatan perang di seluruh negara tersebut.

Namun, sejumlah pihak khawatir, bahwa demonstrasi pada Sabtu akan menimbulkan gangguan dalam upacara peringatan pada hari Minggu. [ns/ka]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG