Pemimpin Hizbullah Naim Kassem mengatakan pada hari Minggu (16/2) bahwa Israel “harus menarik pasukan dari seluruh wilayah Lebanon yang didudukinya” pada tanggal 18 Februari.
Tanggal tersebut adalah batas waktu pelaksanaan perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri perang terakhir antara Israel dan kelompok militan Lebanon itu.
Naim Kassem mengatakan, “Israel harus sepenuhnya menarik pasukannya pada tanggal 18 Februari. Tidak boleh ada alasan, tidak boleh ada lima poin atau rincian lain dengan dalih atau nama apa pun. Ini adalah perjanjiannya.”
Kassem merujuk pada usulan yang diajukan oleh Israel bahwa pasukannya akan tetap berada di lima titik perbatasan setelah batas waktu. Para pejabat Lebanon sejauh ini menolak usulan tersebut.
Kassem mengatakan bahwa “adalah tanggung jawab utama dan eksklusif negara Lebanon pada tahap ini untuk menerapkan semua tekanan politik” guna memastikan bahwa Israel sepenuhnya menarik pasukannya.
Ketegangan internal meningkat di Lebanon dalam beberapa hari terakhir menjelang batas waktu dan setelah otoritas Lebanon mencabut izin untuk pesawat Iran yang telah ditetapkan untuk melakukan perjalanan dari Teheran ke Beirut, yang menyebabkan puluhan penumpang Lebanon terlantar.
Keputusan itu diambil setelah Israel menuduh Iran mengirim uang tunai ke Hizbullah melalui penerbangan sipil dan mengatakan akan “menggunakan semua cara yang ada” untuk menghentikannya.
Wakil komandan pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) yang akan segera pensiun, terluka pada hari Jumat ketika para pengunjuk rasa menyerang konvoi yang membawa pasukan penjaga perdamaian ke bandara Beirut.
Kassem mengatakan Hizbullah “menentang serangan apa pun terhadap UNIFIL.”
Ia mengkritik pemerintah Lebanon karena melarang penerbangan Iran, sebuah keputusan yang menurutnya diambil setelah Israel mengancam akan menyerang landasan pacu jika pesawat Iran mendarat di bandara Beirut. [lt/ka]
Forum