Pihak berwenang Pakistan dan Taliban Afghanistan, Selasa (21/2), melakukan pembicaraan guna menyelesaikan perbedaan yang menyebabkan tutupnya perlintasan tersibuk di perbatasan kedua negara dua hari lalu. Penutupan membuat ribuan truk barang dan orang terdampar di kedua sisi, menurut pejabat di kedua negara.
Taliban menutup pintu perlintasan Torkham dengan Pakistan, tetangga di timur negara itu pada Minggu (19/2). Mereka menuduh petugas imigrasi Pakistan "berperilaku buruk" terhadap orang-orang Afghanistan yang ke Pakistan, terutama mereka yang hendak berobat.
Ketegangan itu juga memicu pertempuran singkat antara pasukan keamanan kedua negara di pos perbatasan terdekat beberapa jam kemudian, menewaskan seorang penjaga Taliban dan melukai seorang tentara Pakistan, kata sumber keamanan.
Pejabat perbatasan lokal dari kedua negara sejak itu melakukan beberapa putaran negosiasi untuk meredakan ketegangan dan membuka kembali perbatasan, satu dari beberapa rute resmi di perbatasan sepanjang hampir 2.600 kilometer. Tetapi Torkham tetap ditutup. Hasil pembicaraan belum diketahui hingga Selasa malam.
Pakistan belum secara terbuka memberi komentar tentang kebuntuan itu. Juru bicara pemerintah Taliban, Zabihullah Mujahid, membela keputusan untuk menangguhkan lalu lintas melalui penyeberangan, menuduh warga Afghanistan diperlakukan "sangat memalukan" oleh pejabat perbatasan Pakistan. Dalam pernyataan yang dirilis kantornya kepada wartawan pada Senin malam, Mujahid menambahkan bahwa masalah ini akan segera diselesaikan melalui pembicaraan.
Pihak berwenang Pakistan menolak tuduhan Taliban. Mereka menuding pasukan Taliban tanpa alasan memulai baku tembak lintas perbatasan pada Senin. Seorang pejabat Pakistan, yang tidak mau namanya disebut, mengatakan Taliban menutup perbatasan setelah otoritas imigrasi Pakistan menolak masuk pengantar pasien Afghanistan karena orang itu tidak memiliki dokumen perjalanan atau kartu identitas yang sah. [ka/jm]
Forum