Tautan-tautan Akses

Hamas Bebaskan 3 Sandera Lagi dalam Gencatan Senjata dengan Israel


Ofer Kalderon, warga Israel yang disandera Hamas di Gaza sejak 7 Oktober 2023, melambaikan tangan sebelum Hamas menyerahkannya ke pihak Palang Merah di Khan Younis, Gaza selatan, 1 Februari 2025. (Foto: AP)
Ofer Kalderon, warga Israel yang disandera Hamas di Gaza sejak 7 Oktober 2023, melambaikan tangan sebelum Hamas menyerahkannya ke pihak Palang Merah di Khan Younis, Gaza selatan, 1 Februari 2025. (Foto: AP)

Dengan adanya kesepakatan gencatan senjata antara Israel-hamas, lebih dari 423.000 warga Palestina telah kembali ke Gaza utara. Militer Israel sebelumnya memerintahkan mereka untuk meninggalkan wilayah tersebut pada tahap awal perang pada Oktober 2023.

Hamas membebaskan tiga sandera Israel pada Sabtu (1/2), sebagai bagian dari pertukaran yang disepakati dalam upaya menghentikan konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina tersebut.

Hamas menyerahkan Ofer Kalderon, 54 tahun, warga Prancis-Israel, dan Yarden Bibas, 35 tahun, kepada pihak Palang Merah di Khan Younis, Gaza selatan, sebelum dipulangkan ke Israel. Warga Israel-Amerika, Keith Siegel, 65 tahun, juga dibebaskan beberapa jam kemudian di pelabuhan Kota Gaza.

Bibas diculik dari Kibbutz Nir Oz saat Hamas menyerang di Israel pada 7 Oktober 2023. Ia bersama istrinya, Shiri, serta dua anak mereka, Ariel yang berusia 5 tahun, dan Kfir 2 tahun. Nasib keluarganya masih belum jelas hingga kini.

Siegel, asal Chapel Hill, North Carolina, diculik dari Kibbutz Kfar Aza bersama istrinya, Aviva Siegel. Aviva dibebaskan dalam gencatan senjata singkat pada November 2023.

Warga Israel menyaksikan siaran pembebasan Ofer Kalderon, 53 tahun, Yarden Bibas, 34 tahun, dan warga Amerika-Israel Keith Siegel, 65 tahun, yang akan dibebaskan sebagai bagian dari gencatan senjata di Gaza, di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 1 Februari 2025. (Foto: AP/Oded Balilty)
Warga Israel menyaksikan siaran pembebasan Ofer Kalderon, 53 tahun, Yarden Bibas, 34 tahun, dan warga Amerika-Israel Keith Siegel, 65 tahun, yang akan dibebaskan sebagai bagian dari gencatan senjata di Gaza, di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 1 Februari 2025. (Foto: AP/Oded Balilty)

Kalderon diculik Hamas dari Kibbutz Nir Oz bersama kedua anaknya. Mantan istrinya, Hadas Kalderon, juga ditawan, tetapi dibebaskan bersama anak-anak mereka dalam pertukaran sandera pada 2023.

Dalam pertukaran tawanan keempat pada hari ini, Israel pada awalnya setuju untuk membebaskan 90 tahanan pada Sabtu (1/2). Namun, kelompok advokasi Palestina menyebut jumlah itu diperbaharui menjadi 183, yang diharapkan dibebaskan pada hari yang sama.

Hamas membebaskan delapan sandera, termasuk tiga warga negara Israel dan lima warga negara Thailand, pada Kamis. Pada hari yang sama, Israel juga membebaskan 110 tahanan Palestina, termasuk 32 orang yang sedang menjalani hukuman seumur hidup karena melakukan serangan maut terhadap warga Israel.

Dengan adanya kesepakatan gencatan senjata, lebih dari 423.000 warga Palestina berhasil kembali ke Gaza utara. Militer Israel sebelumnya memerintahkan mereka untuk meninggalkan wilayah tersebut pada tahap awal perang Israel-Hamas pada Oktober 2023.

Dalam konferensi pers di Jenewa pada Jumat, Program Pangan Dunia PBB atau WFP memberikan informasi terkini mengenai upaya pengiriman bantuan ke Gaza. Direktur WFP untuk Palestina, Antoine Renard, mengungkapkan bahwa sejak perjanjian gencatan senjata dimulai pada 19 Januari, badan tersebut berhasil mengirimkan lebih dari 32.000 metrik ton makanan ke Gaza.

Ia mengatakan jumlah itu lebih dari dua kali lipat dibandingkan yang dikirimkan pada Desember dan tiga kali lipat dibandingkan Oktober. Renard juga menyebutkan bahwa WFP berhasil menjangkau 300.000 orang sejauh ini.

Sementara itu, dalam kunjungannya ke Lebanon pada Jumat, Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty menyerukan penarikan penuh pasukan Israel dari Lebanon selatan.

"Mesir sangat menegaskan perlunya penarikan penuh dan menyeluruh pasukan Israel dari Lebanon selatan, tanpa mengurangi sedikit pun kedaulatan dan wilayah Lebanon," ujar Abdelatty kepada wartawan usai berbicara dengan Presiden Lebanon Joseph Aoun.

Orang-orang duduk mengelilingi meja yang didirikan di atas reruntuhan rumah mereka yang hancur selama perang baru-baru ini antara Israel dan Hizbullah, di desa al Jibbain di Lebanon selatan, pada 31 Januari 2025. (Foto: AFP)
Orang-orang duduk mengelilingi meja yang didirikan di atas reruntuhan rumah mereka yang hancur selama perang baru-baru ini antara Israel dan Hizbullah, di desa al Jibbain di Lebanon selatan, pada 31 Januari 2025. (Foto: AFP)

Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Amerika yang diumumkan pada 27 November, pasukan Israel harus mundur dari Lebanon selatan, dan kelompok militan Hizbullah harus bergerak ke utara Sungai Litani paling lambat 26 Januari. Seperti Hamas, Washington juga memasukkan Hizbullah sebagai organisasi teroris.

Pasukan Israel tetap berada di lebih dari sejumlah desa setelah batas waktu yang ditentukan. Pada Minggu, Amerika Serikat dan Lebanon mengumumkan bahwa batas waktu untuk memenuhi persyaratan gencatan senjata telah diperpanjang hingga 18 Februari.

Sejak gencatan senjata dimulai, Israel hampir setiap hari melancarkan operasi di Lebanon selatan, termasuk serangan udara dan penembakan. Israel menuding Hizbullah melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan mencoba memindahkan senjata.

Dalam pernyataan yang diunggah di akun media sosialnya, Pasukan Pertahanan Israel atau IDF melaporkan pada Kamis malam bahwa jet tempurnya melakukan beberapa serangan terhadap apa yang disebutnya sebagai target Hizbullah di wilayah Bekaa, Lebanon, yang dianggap "menimbulkan ancaman bagi garis depan Israel dan pasukan IDF."

Pernyataan IDF itu menyebutkan bahwa target tersebut meliputi lokasi militer "dengan infrastruktur bawah tanah untuk pengembangan dan produksi senjata, serta infrastruktur transit di perbatasan Suriah-Lebanon." IDF mengatakan tempat itu digunakan Hizbullah untuk mengirim senjata.

IDF juga melaporkan pada Jumat bahwa unit tempur elit Sayeret Haruv menggelar operasi selama sembilan hari terakhir untuk "menggagalkan terorisme" di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat.

Dalam laporannya di situs web, IDF menyebutkan bahwa tentara mereka berhasil "mengalahkan teroris dalam bentrokan dan menangkap sejumlah orang. Mereka juga menemukan senjata, mengungkap, dan menghancurkan lebih dari lima laboratorium bom." Unit Sayeret Haruv fokus pada operasi di Tepi Barat dan Gaza. [ah]

Beberapa informasi untuk berita ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.

Forum

XS
SM
MD
LG