Seorang analis CIA yang didakwa membocorkan informasi rahasia menjelang serangan Israel yang direncanakan terhadap Iran awal tahun ini, akan tetap ditahan sambil menunggu persidangan, demikian perintah hakim pada Rabu (11/12).
Putusan Hakim Distrik Amerika Serikat Patricia Tolliver Giles membatalkan keputusan hakim yang minggu lalu mengatakan Asif Rahman, 34, dari Vienna, Virginia, dapat bebas dengan sejumlah pembatasan sementara ia menunggu persidangan atas tuduhan membocorkan informasi pertahanan nasional.
Pertikaian atas penahanan Rahman mengungkap rincian tambahan tentang penyelidikan pemerintah atas kebocoran informasi tersebut dan analis yang diduga membocorkan dokumen rahasia pada bulan Oktober di aplikasi Telegram.
Dalam sidang terkait penahanan Rahman yang digelar pada Rabu, jaksa Troy Edwards mengatakan Rahman dimotivasi oleh ideologi, meskipun ia tidak membahas apa ideologi itu.
Bahkan, ia mengatakan kesimpulan bahwa motif Rahman bersifat ideologis pada dasarnya merupakan proses eliminasi, dengan mencatat bahwa Rahman berasal dari keluarga kaya dan memiliki akses ke perwalian keluarga bernilai jutaan dolar, dan karenanya perbuatannya tidak akan memperoleh keuntungan finansial.
Edwards juga menyoroti delapan halaman catatan yang ditemukan pada Rahman ketika ia ditangkap bulan lalu di Kamboja, tempatnya bekerja di kedutaan besar AS di Phnom Penh. Catatan tersebut mencakup dua daftar terpisah mengenai "daftar tindakan” yang salah satunya sebagian besar berupa blok teks yang tampaknya terenkripsi beserta kalimat yang tidak terenkripsi terkait kemampuan rudal AS. Edwards mengatakan para penyelidik belum dapat menguraikan enkripsi tersebut.
Daftar tindakan lainnya yang tidak terenkripsi mencakup kategori yang diberi label "sejumlah kemungkinan" dan "lari," kata Edwards.
Dokumen-dokumen pengadilan resmi tidak menjelaskan secara rinci apa yang dibocorkan, tetapi rincian yang dibahas dalam pengadilan terbuka memperjelas bahwa dokumen tersebut merujuk pada pengungkapan dokumen pada bulan Oktober dari Badan Geospasial-Intelijen Nasional dan Badan Keamanan Nasional. Dokumen itu mencatat bahwa Israel sedang memindahkan aset militer ke suatu tempat untuk melakukan serangan militer terhadap Iran setelah Iran melancarkan serangan rudalnya sendiri terhadap Israel pada tanggal 1 Oktober.
Israel akhirnya melakukan serangan terhadap sistem pertahanan udara dan fasilitas manufaktur rudal Iran pada akhir Oktober lalu.
Dalam dokumen pengadilan, pemerintah mengatakan kebocoran tersebut menyebabkan Israel menunda rencana serangannya. Edwards mengatakan situasi Timur Tengah yang tidak stabil membuat kebocoran tersebut sangat berbahaya.
"Sulit untuk menyatakan secara berlebihan, keadaan lain apa yang bisa menyebabkan risiko bahaya yang lebih serius terhadap kehidupan manusia daripada secara sepihak memutuskan" untuk mengirimkan informasi yang terkait dengan rencana "aksi militer kinetik antara dua negara," tulis jaksa dalam dokumen pengadilan.
Pengacara Rahman, Amy Jeffress, mengutip sumber anonim dalam artikel berita yang telah meremehkan signifikansi kebocoran tersebut.
Jeffress mengatakan daftar tindakan itu mencantumkan kata "lari" karena Rahman senang berlari. Ia juga mengatakan jarang sekali terdakwa yang menghadapi tuduhan serupa ditahan sambil menunggu persidangan.
Rahman lahir di California dan pindah bersama keluarganya saat ia masih kecil ke Cincinnati, di mana ia menjadi siswa terbaik di sekolah menengah atas, menurut dokumen pengadilan yang diajukan oleh pengacaranya. Ia kuliah di Universitas Yale dan lulus dalam waktu tiga tahun. Ia dan istrinya sekarang tinggal di wilayah metropolitan D.C., bersama orang tuanya.
Ayahnya, Muhit Rahman, yang siap menjadi wali putranya dalam praperadilan jika ia dibebaskan, menghadiri sidang pada hari Rabu bersama sejumlah anggota keluarga dan teman untuk memberikan dukungan.
Rahman menghadiri sidang pertamanya bulan lalu di Guam.
Setelah sidang hari Rabu itu, Jeffress mengatakan ia bermaksud mengajukan banding atas perintah penahanan tersebut. [my/jm]
Forum