Tautan-tautan Akses

Gedung Putih Yakin Perundingan Gencatan Senjata Israel-Hamas akan Terlaksana


Sejumlah warga Palestina bergerak meninggalkan Kota Hamad di Khan Younis, Jalur Gaza, pada 11 Agustus 2024, setelah tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi ke wilayah selatan Khan Younis. (Foto: AP/Abdel Kareem Hana)
Sejumlah warga Palestina bergerak meninggalkan Kota Hamad di Khan Younis, Jalur Gaza, pada 11 Agustus 2024, setelah tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi ke wilayah selatan Khan Younis. (Foto: AP/Abdel Kareem Hana)

Amerika Serikat dan mediator utama Mesir dan Qatar mengintensifkan upaya untuk mendorong Israel dan Hamas menuju kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung selama 10 bulan yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

Hamas, yang oleh AS dianggap sebagai kelompok teror, telah mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan menghadiri putaran perundingan terakhir yang dijadwalkan berlangsung di ibu kota Qatar, Doha, pada Kamis (15/8).

“Kami berharap untuk diberitahu oleh para mediator bahwa Israel telah menerima apa yang ditawarkan, dan setiap pertemuan harus didasarkan pada pembicaraan tentang mekanisme implementasi dan menetapkan tenggat daripada menegosiasikan sesuatu yang baru,” kata pejabat politik Hamas, Osama Hamdan.

Gedung Putih memiliki keyakinan bahwa perundingan tersebut akan terlaksana.

“Selalu ada sikap politik. Kami selalu melihat hal ini sebelum perundingan, dan itu bukan hal baru,” kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam konferensi persnya pada Rabu (14/8).

Namun, Presiden Joe Biden mengakui bahwa perdamaian sulit dicapai.

“Ini semakin sulit,” katanya kepada wartawan pada Selasa (13/8) ketika ditanya apakah kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera semakin mustahil dilakukan.

“Kami akan melihat apa yang dilakukan Iran, dan kami akan melihat apa yang terjadi jika ada serangan,” tambahnya. “Tapi saya tidak akan menyerah.”

Ketakutan akan eskalasi

Mencapai gencatan senjata di Gaza adalah kunci untuk menahan serangan Teheran terhadap Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh baru-baru ini di wilayah Iran. Israel tidak mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut namun secara luas diduga bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.

Biden mengatakan dia memperkirakan Iran akan menunda serangannya jika kesepakatan tercapai dalam beberapa hari ke depan.

Dengan pertempuran antara Israel dan Hamas yang terus berkecamuk di Gaza dan meningkatnya baku tembak antara Israel dan Hizbullah di Lebanon, banyak yang khawatir serangan besar-besaran Iran akan memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

“Tidak ada lagi waktu yang boleh terbuang, dan tidak ada lagi alasan yang sah dari pihak mana pun untuk penundaan lebih lanjut,” ujar Utusan AS Amos Hochstein di Beirut pada Rabu. “Kesepakatan itu juga akan membantu memungkinkan terjadinya resolusi diplomatik di Lebanon, dan itu akan mencegah pecahnya perang yang lebih luas,” tambah Hochstein.

Para pejabat lain juga terlibat dalam diplomasi intensif pada minggu ini. Koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah Brett McGurk akan melakukan perjalanan ke Kairo dan Doha, dan Direktur CIA William Burns juga akan melakukan perjalanan ke Doha.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken telah menunda keberangkatannya ke wilayah tersebut, yang semula dijadwalkan pada hari Selasa.

Untuk meningkatkan pencegahan, AS telah mengerahkan aset militer tambahan ke Timur Tengah, termasuk skuadron jet tempur F-35C dan F-22 Raptor, kapal induk USS Abraham Lincoln, dan kapal selam USS Georgia. [ab/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG