Tautan-tautan Akses

FSGI Kritik Wacana Impor Guru Kubu Prabowo-Sandi


Dari kiri ke kanan: Wakil Sekjen FSGI, Satriawan Salim, Sekjen FSGI Hru Purnomo, Ketua Dewan Pengawas FSGI Retno Listyarti. (Foto: VOA/Ahmad Bhagaskoro)
Dari kiri ke kanan: Wakil Sekjen FSGI, Satriawan Salim, Sekjen FSGI Hru Purnomo, Ketua Dewan Pengawas FSGI Retno Listyarti. (Foto: VOA/Ahmad Bhagaskoro)

Wacana yang disampaikan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk mendatangkan guru dari luar negeri guna meningkatkan kualitas pendidikan di dalam negeri dikritik organisasi guru.

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengkritik wacana impor guru yang dilontarkan salah satu tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan maju pada pemilu 2019. Wakil Sekjen FSGI, Satriawan Salim mengatakan, wacana tersebut membuat para guru resah karena akan berakibat pada kompetisi yang tidak sehat. Masalah utama dalam dunia pendidikan Indonesia menurutnya adalah bagaimana meningkatkan kualitas guru.

FSGI Kritik Impor Guru
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:04 0:00

"Mestinya kan persoalan guru di Indonesia itu dulu yang dibenahi. Misalnya dari segi kompetensi, dari segi kualitas. Dari sisi Uji Kompetensi Guru 2015, kita itu nilai nasionalnya 56,69. Ini kan angka yang sangat rendah. Mestinya yang ditawarkan bagaimana pendidikan dan latihan, pengembangan kompetensi guru," jelas Satriawan saat menggelar konferensi pers di Gedung LBH Jakarta, Minggu (25/11).

Janji Memberi Gaji Guru Rp 20 Juta Dinilai Tidak Masuk Akal

Satriawan menambahkan jumlah guru secara nasional juga sudah berlebihan sehingga tidak diperlukan lagi mengimpor guru. Di samping itu, ia juga menilai janji yang disampaikan timses pasangan calon tersebut soal gaji guru Rp 20 juta tidak masuk akal karena Indonesia tidak memiliki cukup anggaran untuk memenuhi janji itu nantinya.

FSGI menghitung jumlah guru di Indonesia berkisar 3,2 juta orang. Dengan demikian pemerintah nantinya diperkirakan harus mengeluarkan anggaran hingga lebih dari Rp 540 triliun seandainya gaji guru ditetapkan sebesar Rp 20 juta.

Ketua Dewan Pengawas FSGI Retno Listyarti. Foto: (VOA/Ahmad Bhagaskoro)
Ketua Dewan Pengawas FSGI Retno Listyarti. Foto: (VOA/Ahmad Bhagaskoro)

Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas FSGI Retno Listyarti mengakui suara guru memang masih menjadi rebutan para pasangan calon dalam setiap pemilu karena suara guru dapat mempengaruhi suara siswa-siswanya.

Menurutnya, meski dilarang berbicara politik di kelas, para guru masih bisa tetap mempengaruhi siswanya melalui media sosial. Namun, ia menyayangkan karena selama ini suara guru hanya menjadi rebutan sesaat para pasangan calon, dan bukan menjadi posisi tawar memperjuangkan kepentingan guru secara nasional.

"Padahal harusnya guru bersikap, karena posisinya yang luar biasa, mendulang suara yang luar biasa, harusnya dia punya posisi tawar yang kuat. Bukan justru dia yang diseret-seret ke kiri dan kanan. Tapi tidak bisa bersikap sebenarnya apa yang mereka inginkan," jelasnya.

Wakil Ketua Badan Pemenangan Pasangan Prabowo-Sandi Janjikan Janji Guru Hingga Rp 20 Juta

Sebelumnya, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo-Sandi, Mardani Ali Sera, mengatakan pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bakal menaikkan gaji guru hingga Rp 20 juta/bulan. Pasangan ini juga menyebut bakal mengimpor guru dari luar negeri untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di antaranya dari Eropa dan Amerika.

Menanggapi kritik FSGI tersebut, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan, impor guru yang dimaksud kubu Prabowo-Sandi bukanlah mendatangkan para guru dari luar negeri untuk menggantikan guru di dalam kelas.

Namun, guru asing tersebut hanya untuk menambal kekurangan dari guru-guru di Indonesia. Semisal kelemahan di bidang ilmu pasti. Salah satu caranya yaitu dengan menggelar training untuk guru-guru Indonesia dengan pembicara guru dari luar negeri.

Sedangkan terkait gaji guru sebesar Rp 20 juta, Riza menuturkan hal tersebut merupakan penghargaan pasangan Prabowo-Sandi terhadap para guru. Kendati demikian, guru yang akan mendapat gaji Rp 20 juta akan diklasifikan terlebih dahulu dan berdasarkan tingkatan masing-masing.

"Kan tidak mungkin semua guru diberi gaji sebesar itu. Harus ada klasifikasi, kualifikasinya, tahapannya. Beda kan guru SD, guru ngaji, guru S2 kan beda. Cuman kita kan menyebutnya guru, padahal kan dosen," jelas Riza saat dihubungi VOA.

Ia menambahkan peningkatan kualitas pendidikan guru dengan cara memberikan gaji yang besar juga sudah dilakukan negara-negara ASEAN lainnya. Dengan demikian, ia berharap ke depan Indonesia bisa bersaing dengan negara ASEAN lainnya yang sudah maju. [Ab/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG