Alunan musik gamelan Jawa sayup terdengar dari sebuah ruangan di ruang bawah tanah gereja yang terletak di Hyde Park, di sekitar Universitas Chicago.
Sekelompok warga Amerika dengan terampil memainkan bonang, kendang, demung dan instrument gamelan Jawa lainnya, bahkan menyinden.
Terinspirasi oleh seperangkat gamelan yang dibawa para petani Belanda ke Chicago abad ke-19 dan kini tersimpan di museum “Field”, mereka menamakan dirinya “Friends of the Gamelan,” sahabat gamelan tersebut. Salah satu anggotanya Christian Priebe mengatakan, “Friends of the Gamelan” unik karena merupakan kelompok komunitas.
Didukung dedikasi dan kecintaan total dari para anggotanya, gamelan komunitas ini mampu terus berkiprah selama hampir 4 dekade, bahkan tanpa dibimbing oleh seorang pengajar. Kebanyakan anggotanya telah bergabung cukup lama, seperti Christian Priebe, yang telah menjadi anggota sejak tahun 2006. Ia mengaku senang bermain gamelan. “Menurut saya, alat musik ini sangat menyenangkan,” ujarnya.
Anne Northrup, satu anggota senior “Friends of the Gamelan” lainnya pernah tinggal di Yogyakarta sewaktu remaja dan mengaku dediksinya pada kelompok musik ini karena keterikatannya dengan Indonesia, selain karena ia memang menyukai musik yang dihasilkan oleh gamelan. “Bagi saya gamelan sangat relaxing walaupun sulit dimainkan,” tambahnya.
Tantangan terbesar yang dihadapi “Friends of the Gamelan” saat ini adalah berhentinya dukungan finansial dari Universitas Chicago, yang sebelumnya merupakan kontributor utama.
Namun hal ini tidak menghentikan semangat anggotanya untuk terus berlatih dan mempersiapkan konser rutin mereka. “Kita bisa lihat dedikasi para anggotanya, kita terus berlatih walaupun tanpa dukungan dari universitas,” jelas Christian.
Anggota kelompok musik ini tetap optimis dan tengah mengupayakan memiliki seorang direktur artistik untuk pertama kalinya. Anne berharap dengan adanya direktur artistik ini, “Friends of the Gamelan” bisa terus tumbuh dan mungkin bisa menghubungkan mereka dengan berbagai universitas. [dw]