Tautan-tautan Akses

Etnis Uyghur di Istanbul Tuntut Keadilan bagi Korban Kebakaran Urumqi


Puluhan warga etnis Uyghur melakukan protes di depan Konsulat China di Istanbul atas insiden kebakaran apartemen bertingkat tinggi di Urumqi, wilayah Xinjiang pada 30 November 2022 lalu (foto: dok).
Puluhan warga etnis Uyghur melakukan protes di depan Konsulat China di Istanbul atas insiden kebakaran apartemen bertingkat tinggi di Urumqi, wilayah Xinjiang pada 30 November 2022 lalu (foto: dok).

Puluhan warga etnis Uyghur melakukan protes di depan Konsulat China di Istanbul untuk mengenang korban kebakaran apartemen bertingkat tinggi di Urumqi, Xinjiang, China. Di antara mereka adalah Mohammad Mehmet Ali. Ia kehilangan ibu, Heyrinsahan Abdurahman, dan 4 saudara kandungnya dalam insiden itu.

Kebakaran apartemen pada 24 November di Urumqi, Xinjiang, telah menewaskan ibu dan empat saudara kandung Mohammad Mehmet Ali. Sejak itu, ia memrotes respons China atas insiden tersebut. Dalam wawancara dengan VOA, ia menuduh pihak berwenang tidak memadamkan api, yang menyebar di gedung yang umumnya dihuni orang-orang Uyghur, kelompok etnis minoritas Turki.

Terakhir kali Ali melakukan kontak dengan mereka pada 2016. Dia mengatakan, dia mengetahui tentang kematian mereka di media sosial.

“Awalnya, saya tidak percaya. Dua hari setelah kejadian itu, saya melihat foto jenazah ibu dan adik bungsu saya. Kemudian, saya melihat dari dekat di media sosial dan menemukan gedung tempat tinggal kami terbakar,” tuturnya.

Ali meninggalkan China untuk belajar di Turki pada 2016 ketika pemerintah China mengizinkan orang Uyghur, kelompok minoritas Turki, untuk bepergian.

Tahun berikutnya, Ali mengatakan ayah dan kakak tertuanya dibawa ke kamp penahanan China. Dia tidak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak. China menyebut kamp-kamp tersebut sebagai pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan.

Para peneliti mengatakan sekitar satu juta orang Uyghur dan kelompok minoritas lainnya telah digiring ke kamp-kamp penahanan di Xinjiang.

Ali menambahkan, “Saya tidak ingin dunia tetap diam sementara kami berada di bawah penganiayaan seperti ini, ketika orang-orang terbakar seperti ini.”

Demonstran mengatakan pintu keluar dari gedung yang terbakar dikunci karena kebijakan nol toleransi COVID yang diterapkan China.

Pihak berwenang China mengatakan sedikitnya 10 orang tewas. Demonstran mengklaim jumlah korban tewas mencapai puluhan.

“Akibat penyekapan ini, sebenarnya orang tidak bisa keluar rumah meskipun terjadi kebakaran. Itu sebabnya, 44 orang Uyghur, termasuk anak-anak, termasuk bayi usia delapan bulan, tewas akibat kebakaran,” ujar Burhan Uluyol.

Pemerintah setempat menyalahkan kebakaran pada sambungan listrik yang rusak.

Insiden tersebut memicu protes di seluruh China, dan protes oleh diaspora Uyghur di seluruh dunia, termasuk di Istanbul dan Washington.

Etnis Uyghur di Istanbul Tuntut Keadilan bagi Korban Kebakaran Urumqi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:49 0:00

Demonstran, seperti Cevlan Sir Mehmet, mengatakan China memberlakukan kebijakan COVID-nya dengan lebih ketat terhadap orang Uyghur. “Kebijakan nolCOVID diterapkan untuk mempercepat kebijakan genosida China terhadap Uyghur. Karena penerapannya tidak diterapkan pada orang-orang Tionghoa dan Uyghur secara berimbang. Kebijakan ini diterapkan jauh lebih ketat terhadap orang Uyghur,” tukasnya.

Berbagai laporan menyebutkan bahwa pembatasan COVID di beberapa kota di China telah dilonggarkan sebagai tanggapan atas protes tersebut. [ka/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG