Warga Turki memadati TPS-TPS untuk memberikan suara dalam pemilu lokal di seluruh negara itu hari Minggu (31/3). Pemilu ini dipandang sebagai salah satu pemilu yang menantang bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan, karena partai pimpinannya berisiko terancam menjadi mayoritas di Ankara dan Istanbul.
Ekonomi menjadi keprihatinan utama para pemilih seiring terjadinya resesi dan inflasi.
“Perekonomian kian memburuk karena pengelolaan pemerintah yang buruk,” ujar Erdem, seorang pakar teknik, sebelum memberikan suara di Istanbul. Ditambahkannya, “sebagian besar teman saya kini menganggur dan sedang mencari pekerjaan, sementara lainnya baru saja kehilangan pekerjaan mereka karena krisis ekonomi.”
Istanbul adalah kota terbesar di Turki dan ibukota keuangan negara itu. Menurut beberapa jajak pendapat, belum dapat diketahui siapa yang akan memenangkan pemilu lokal ini. Partai AK pimpinan Erdogan telah menguasai kota itu selama lebih dari 15 tahun.
“Harapan saya akan ada hal-hal baik dicapai dari pemilu ini, kita akan menang dengan selisih suara yang besar,” ujar Sinan, pendukung AKP, sebelum memberikan suara di TPS di Istanbul.
Meskipun Erdogan tidak ikut bertarung dalam pemilu ini, ia mengendalikan secara pribadi kampanye pemilihan lokal. Menurut sejumlah analis, hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran Erdogan bahwa partainya akan kehilangan pengaruh di Istanbul. Ia juga melangsungkan puluhan pawai di beberapa kota untuk mengkonsolidasikan kekuatan partainya.
Sepanjang masa kampanye, Erdogan berupaya mengalihkan perhatian publik dari isu ekonomi, ke masalah keamanan dan ancaman yang ditimbulkan kelompok separatis Kurdi; juga isu agama. Ia berulangkali memutar video pembantaian warga Muslim di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru. Ia juga kerap menunjukkan dirinya sebagai pelindung warga Muslim di seluruh dunia, sikap yang menurut para analis sejalan dengan basis utamanya yang mengedepankan agama dan sikap nasionalis. (em)