Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk China, pada hari Minggu (2/7), menyesalkan kurangnya "kemajuan bermakna" dalam pembicaraan perdagangan dengan Beijing, di saat negara-negara UE berupaya mengurangi ketergantungan ekonomi mereka pada negara raksasa Asia itu.
Komisi Eropa menangguhkan upayanya untuk membuat negara anggota dan parlemen meratifikasi perjanjian investasi yang dicapai dengan China pada akhir 2020, setelah pembicaraan selama tujuh tahun, menyusul perbedaan pendapat atas kondisi hak asasi manusia di Xinjiang, wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim.
Dengan hubungan yang mendingin, pada Mei lalu, UE juga memutuskan untuk "menyesuaikan kembali" sikapnya terhadap China untuk mengurangi ketergantungan ekonominya, ketika Beijing dicurigai memberi dukungan diam-diam kepada Moskow dalam perangnya di Ukraina.
"Dengan berat hati saya sampaikan bahwa dialog ekonomi dan perdagangan kita belum membuat kemajuan apapun, atau setidaknya kemajuan yang substansial, dalam empat tahun terakhir," kata Duta Besar Uni Eropa Jorge Toledo dalam sebuah forum di Beijing.
"Kami ini berhubungan dengan China, namun kami membutuhkan adanya kemajuan dan kami perlu hal tersebut tercapai pada tahun ini," ujar Toledo, seraya menambahkan bahwa dialog ekonomi kelas atas antara kedua belah pihak akan digelar pada September mendatang.
Bagi UE, China "adalah mitra sekaligus pesaing, dan lawan yang sistemis," katanya.
Komisi Eropa mengajukan proposal pada Maret untuk mendapatkan pasokan bahan seperti litium atau nikel yang dibutuhkan untuk produksi teknologi utama seperti baterai dan panel surya.
Jerman, Prancis, dan Italia mengatakan pada minggu lalu bahwa mereka akan bekerja sama lebih erat dalam hal pengadaan bahan-bahan mentah di saat Eropa berusaha untuk mengurangi ketergantungannya terhadap impor dari beberapa negara termasuk China. [ps/ka/rs]
Forum