Dua demonstran ditembak mati di ibu kota Sudan hari Rabu (17/11) dalam sebuah demonstrasi terhadap kudeta baru-baru ini.
Komite Dokter Pusat mengatakan puluhan demonstran lainnya menderita luka tembak.
Insiden penembakan terjadi ketika para demonstran berkumpul di Khartoum dan kota-kota lain untuk berdemonstrasi menentang pengambilalihan oleh militer pada 25 Oktober lalu.
Saksi mata mengatakan pasukan keamanan menembakkan gas air mata ke arah pengunjukrasa di sejumlah lokasi. Mereka juga mengatakan saluran telpon seluler di negara itu terputus selama demonstrasi itu.
Mereka yang menyelenggarakan demonstrasi itu menyerukan penyerahan kekuasaan penuh pada otoritas sipil dan agar para pemimpin pengambilalihan militer diadili di pengadilan.
Kudeta terjadi setelah meningkatnya ketegangan diantara para pemimpin militer dan sipil selama beberapa minggu, terkait transisi Sudan menuju demokrasi.
Kudeta itu mengancam akan menggagalkan proses yang dimulai setelah penggulingan presiden yang sudah berkuasa sejak lama, Omar Al Bashir, dalam pemberontakan rakyat tahun 2019.
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken membahas perkembangan di Sudan dalam kunjungannya ke Nairobi hari Rabu, di mana ia bertemu dengan Presiden Uhuru Kenyatta dan pejabat-pejabat lain. Blinken, yang sedang dalam perjalanan lima hari ke Afrika yang mencakup lawatan ke Nigeria dan Senegal, mengatakan “merupakan hal penting transisi yang terjadi memiliki legitimasi.” [em/jm]