Tautan-tautan Akses

COVID-19 Melonjak, Jepang Batasi Rawat Inap di Rumah Sakit


Seorang pekerja medis tampak bekerja di Unit Perawatan Intensif (ICU) untuk pasien COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Kedokteran St. Marianna di Kawasaki, selatan Tokyo, Jepang (foto: dok).
Seorang pekerja medis tampak bekerja di Unit Perawatan Intensif (ICU) untuk pasien COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Kedokteran St. Marianna di Kawasaki, selatan Tokyo, Jepang (foto: dok).

Parlemen Jepang hari Rabu (4/8) memperdebatkan kebijakan baru yang kontroversial di mana pasien virus corona dengan gejala sedang hanya akan diisolasi di rumah, bukan di rumah sakit, seiring melonjaknya kasus COVID-19 di Tokyo, yang menembus rekor tertinggi selama penyelenggaraan Olimpiade.

Rencana Perdana Menteri Yoshihide Suga untuk mempersiapkan tempat tidur rumah sakit hanya bagi mereka yang memiliki gejala serius atau berisiko menderita gejala serius itu merupakan perubahan kebijakan yang sangat besar karena lonjakan kasus COVID-19 hingga tiga kali lipat sejak dimulainya Olimpiade 23 Juli lalu.

Sejumlah tokoh oposisi, anggota-anggota parlemen dari partai yang sedang memerintah dan pakar menilai membiarkan orang-orang melakukan isolasi mandiri di rumah tanpa layanan yang memadai akan sangat berisiko.

Menteri Kesehatan Norihisa Tamura membela kebijakan isolasi di rumah itu sebagai hal yang harus dilakukan untuk mencegah ambruknya fasilitas medis sebagaimana yang terjadi di Osaka bulan April lalu ketika ribuan orang jatuh sakit dan sebagian meninggal di rumah ketika menunggu perawatan di rumah sakit.

Anggota-anggota parlemen dari kelompok oposisi mengiritisi Suga karena tidak meningkatkan kapasitas rumah sakit secara layak meskipun sejak awal muncul peringatan tentang perebakan luas varian delta.

Penanganan virus corona di Jepang terbatas di rumah sakit umum dan rumah sakit universitas yang memiliki fasilitas dan keahlian memadai.

Penasihat medis utama pemerintah Jepang, Dr. Shigeru Omi (foto: dok).
Penasihat medis utama pemerintah Jepang, Dr. Shigeru Omi (foto: dok).

Penasihat medis utama pemerintah Jepang, Dr. Shigeru Omi, mengatakan pasien yang berisiko mengalami gejala serius saat tinggal di rumah perlu mendapat dukungan dokter komunitas yang melakukan kunjungan ke rumah.

Pemerintahan Suga, yang telah dikritik karena bersikeras menjadi tuan rumah Olimpiade meskipun ada kekhawatiran meluasnya virus corona, mengatakan tidak ada bukti yang mengaitkan peningkatan kasus COVID-19 dengan Olimpiade.

Tokyo hari Rabu (4/8) melaporkan jumlah harian baru tertinggi yaitu 4.166 kasus, yang tertinggi sejak pandemi merebak Maret 2020 lalu. [em/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG