Cheers One, yang terletak di Ginza, kawasan kelas atas di Tokyo, dulunya dikenal sebagai bar populer. Para pengunjung tidak hanya bisa menikmati minuman beralkohol sambil mengobrol, tapi juga menonton para pelayannya yang beraksi bak pemandu sorak. Singkat kata, sorak sorai menjadi ciri khas bar itu.
Kini, bar itu sepi pengunjung. Pemberlakuan keadaan darurat di Tokyo dan larangan penjualan alkohol saat ini telah memukul bisnisnya.
Pemilik Cheers One, Arata Funabara, mengatakan, pendapatan bulanan menurun 85 persen dibandingkan dengan sebelum pandemi melanda. “Saya tidak tahu apakah kami bisa bertahan. Kami berada dalam situasi yang sulit. Kini kami hanya berharap akan ada perubahan nantinya,” keluhnya.
Meskipun dikunjungi sejumlah pelanggan setiap hari, bahkan pada hari kerja sebelum jam penutupan pukul 8 malam, para staf bar itu mengatakan bahwa duduk di belakang layar plastik dan tindakan-tindakan pencegahan virus corona lainnya adalah penyesuaian yang sulit bagi pelanggan.
Rino Kamimura, seorang pelayan dan sekaligus pemandu sorak, mengatakan, “Begitu banyak orang ingin minum alkohol, dan setiap kali kami pergi ke luar dan memberi mereka selebaran, mereka selalu bertanya kepada kami, 'Apakah kalian menyajikan alkohol?' Dan ketika kami menjawab 'Tidak,' mereka seperti Oke, maaf, kami tidak tertarik.’”
Meski demikian, Daichi, yang menganggap dirinya pelanggan tetap Cheers One, mengatakan bahwa ia justru senang dengan situasi ini. Ia bisa menikmati bar itu seperti miliknya sendiri karena sepinya pengunjung.
“Mereka bilang saya bisa menonton Olimpiade di sini. Karena kita dalam situasi yang terkait COVID-19 tidak banyak pelanggan datang ke sini. Ini artinya saya dapat menikmati tempat ini untuk diri saya sendiri. Saya datang ke sini untuk memesan minuman dan bersantai.”
Jepang memperluas keadaan darurat virus corona keempat wilayah lagi selain Tokyo, Jumat (30/7), menyusul lonjakan infeksi yang membukukan rekor baru.
Perdana Menteri Yoshihide Suga mengumumkan bahwa keadaan darurat di Saitama, Kanagawa dan Chiba, dekat Tokyo, serta di Osaka, berlaku efektif mulai Senin hingga 31 Agustus.
Tokyo telah melaporkan rekor peningkatan kasus selama tiga hari berturut-turut, termasuk 3.865 pada hari Kamis (29/7), sebelum mencatat 3.300 lagi pada hari Jumat.
Jumlah kasus baru harian itu meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan pekan lalu, meskipun para pejabat mengatakan lonjakan itu tidak terkait dengan penyelenggaraan Olimpiade. [ab/uh]