Citra satelit baru dari Kuba menunjukkan sinyal bahwa negara itu memasang kemampuan intelijen yang ditingkatkan di empat pangkalan militer yang diduga memiliki hubungan dengan China, berpotensi memberi Beijing jaringan fasilitas yang dapat digunakan untuk memata-matai AS.
Gambar-gambar satelit itu, yang tersaji dalam laporan yang dibuat oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington pada Selasa (2/7), diambil pada Maret dan April. Laporan tersebut menunjukkan adanya pembangunan baru atau yang berlangsung baru-baru ini di tiga lokasi dekat ibu kota Havana, serta pekerjaan di lokasi yang sebelumnya tidak dilaporkan, tidak jauh dari pangkalan angkatan laut AS di Teluk Guantanamo.
“Tanpa akses terhadap dokumen rahasia, merujuk pada target yang spesifik dari aset-aset ini hampirlah tidak mungkin,” ungkap laporan tersebut. “Namun, perkembangan dari alat pemantau ruang angkasa di lokasi-lokasi seperti Bejucal dan Calabazar tetap penting mengingat Kuba mengalami kekurangan pada satelit atau pada program ruang angkasanya.”
Bejucal adalah tempat terbesar dari empat lokasi tersebut, menurut analisis CSIS and pertama kali muncul ke permukaan dalam krisis rudal Kuba pada 1962. Saat itu, tempat tersebut digunakan untuk menyimpan senjata nuklir untuk Uni Soviet.
Baru-baru ini, Bejucal telah berubah menjadi stasiun besar pemantau sinyal intelijen, yang dicurigai berfungsi untuk melacak komunikasi elektronik untuk China.
Gambar satelit terbaru itu menunjukkan bukti bahwa Bejucal telah berkembang pesat, termasuk dengan keberadaan susunan antena elektroknik yang baru.
Citra yang dikumpulkan CSIS menunjukkan kemajuan pada susunan antena dengan diameter 130 hingga 200 meter. Susunan serupa, menurut para analis, telah menunjukkan kemampuan melacak sinyal hingga 15.000 kilometer.
Kantor Direktur Intelijen Nasional AS menolak mengomentari laporan CSIS tersebut. Tetapi kantor itu menanggapi laporan surat kabar The Wall Street Journal tahun lalu yang menyebutkan bahwa China membayar Kuba miliaran dolar untuk membangun fasilitas mata-mata.
Para pejabat AS kemudian mengatakan bahwa China telah meningkatkan fasilitas intelijennya di Kuba pada 2019, namun penolakan AS telah menghalangi Beijing untuk mencapai tujuannya.
China, pada Selasa, menolak temuan laporan CSIS. Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington menyebut laporan tersebut “hanya sebuah fitnah.”
Kuba juga menolak laporan CSIS. Merujuk pada artikel The Wall Street Journal itu, Wakil Menteri Luar Negeri Kuba Carlos Fernandez de Cossío di X menulis, “Tanpa mengutip sumber yang dapat diverifikasi atau menunjukkan bukti, mereka berupaya menakut-nakuti publik dengan legenda tentang pangkalan militer China yang tidak ada dan belum pernah dilihat siapa pun.”
Laporan CSIS itu mengatakan stasiun pemantau di Kuba dapat membantu China memperoleh kemampuan dan wawasan yang dibutuhkan sementara China mencoba melampaui kekuatan militer AS. [ka/ns/rs]
Forum