Dunia mengamati dengan seksama saat kelangkaan pangan mencengkram kawasan di Afrika dan Timur Tengah. Saat kelompok-kelompok kemanusiaan merespon pada krisis, mereka harus memecahkan permasalahan utama: bagaimana melacak ketahanan pangan di kawasan-kawasan yang terlalu terpencil atau terlalu berbahaya untuk dimasuki.
Famine Early Warning Systems Network (FEWSNET) telah muncul dengan jawaban inovatif. Organisasi yang didanai AS bekerja sana dengan DigitalGlobe, sebuah perusahaan satelit dari Colorado, untuk mengumpulkan analisis citra satelit Sudan Selatan dari kalangan publik.
Upaya ini akan mengandalkan ribuan relawan – orang-orang biasa tanpa keahlian di bidang tersebut – untuk memeriksa citra-citra satelit guna mencari hal-hal seperti kumpulan ternak, tempat tinggal sementara, dan tempat tinggal permanen. Kelompok tersebut telah memilih sebuah kawasan seluas 18.000 kilometer persegi yang membentang di lima kabupaten di Sudan Selatan guna dianalisis lebih lanjut.
“Kelompok orang ini dapat mengidentifikasi citra pemukiman, mereka dapat mengenali jalan raya, rumah sakit, pesawat terbang, sebut saja begitu. Program ini memungkinkan kami untuk memanfaatkan jejaring orang dari seluruh dunia, tidak harus di dalam negeri, namun orang-orang yang berminat dan merasa berkewajiban untuk berpartisipasi dalam kampanye untuk tujuan apapun itu,” ujar Rhiannan Price, senior manager di Seeing a Better World Program di DigitalGlobe.
“Ketimbang mengklik lewat telepon dan secara pasif mengambil informasinya, para pengguna kami secara aktif terlibat dan memasok informasi yang benar-benar sangat membantu untuk para mitra kami.”
Platform DigitalGlobe yang dikenal sebagai Tomnod, memiliki 2 juta pengguna unik. Kampanye pengamatan lain yang juga memanfaatkan kumpulan publik yang menggunakan citra satelit termasuk di antaranya efek dari kebakaran hutan di Afrika Selatan dan upaya untuk menghitung anjing laut di Antartica.
Namun upaya di Sudan Selatan khususnya sangat berharga, dengan perkiraan 100.000 orang yang terpaksa menyingkir dari rumah-rumah mereka di lima kawasan kabupaten oleh karena kekerasan. Sudan Selatan yang rawan konflik adalah satu-satunya tempat di dunia dimana bencana kelaparan telah dideklarasikan dalam kurun waktu enam tahun terakhir.
“Agar kampanye kemanusiaan dapat meliputi kawasan semacam itu, khususnya apabila kawasan tersebut tidak aman, sama sekali bukan pendekatan yang aman,” ujar Price. “Citra satelit menawarkan piranti yang sangat berguna ketika harus menilai dan mengevaluasi apa yang terjadi di darat, mencoba untuk menemukan orang-orang ini sehingga kami dapat mendapatkan sumberdaya dan mengukur situasi di sana.”
DigitalGlobe memiliki dan mengoperasikan konstelasi satelit beresolusi tinggi dan telah mengumpulkan ribuan citra satelit baru-baru ini di kawasan yang menjadi pertanyaan. Guna melacak kerusakan dan pengungsian dengan cara terbaik, mereka membandingkan citra satelit dari tahun 2005, saat kami melakukan proyek serupa.
Chris Hillbruner, wakil chief of party pada FEWSNET, menyatakan organisasinya sedang mencoba beberapa pendekatan inovatif di beragam bagian di dunia untuk mengumpulkan data. Di Yaman dan Nigeria timurlaut, organisasi ini telah menghimpun jaringan kolektor data lokal yang mengirimkan informasi. Selain itu organisasi ini juga telah meluncurkan proyek rintisan dengan menggunakan telepon selular untuk mengumpulkan data terkait upah dan pasar di Madagaskar untuk menentukan kapan permintaan akan tenaga kerja akan menurun, sebagai pertanda musim panen yang buruk untuk tahun itu.
“Kami menjadi pengguna pertama dari beragam piranti dan saya rasa teknologi dapat membantu kami, tapi menurut saya tetap ada berbagai keterbatasan,” ujar Hillbruner. “Pada akhirnya, kami tetap akan mengandalkan orang untuk mendapatkan informasi terbaik apabila mereka dapat memasuki kawasan tersebut dan turun ke lapangan untuk mengumpulkan informasi untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi.”
Namun pencitraan satelit beresolusi tinggi, dimana setiap pixel dalam foto menunjukkan kawasan seluas 30 sentimeter, mungkin hal terbaik berikutnya adalah untuk mengirimkan orang ke lapangan.
Hingga saat ini, tim relawan Tomnod telah mengidentifikasi lebih dari 180.000 obyek penting, termasuk pemukiman tradisional yang disebut tukul dan sekawanan hewan ternak. Ini adalah informasi yang tak ternilai yang menginformasikan pada organisasi kemanusiaan ke mana mereka harus mengirimkan bantuan.
“Ketika anda memikirkan tentang beberapa faktor pendorong di belakang kerawanan pangan, hal-hal seperti konflik atau kekeringan atau banjir, hal-hal yang mempengaruhi pasokan makanan, atau mempengaruhi terjadinya migrasi penduduk, itu adalah kawasan dimana penginderaan jarak jauh, pencitraan satelit, benar-benar menunjukkan keunggulannya dimana tak tertandingi oleh cara analisis lainnya,” ujar Price. [ww]