China dan Timor Leste sepakat meningkatkan hubungan kedua negara menjadi kemitraan strategis yang komprehensif. Peningkatan hubungan bilateral itu berpotensi memberi Beijing lebih banyak pengaruh di wilayah tersebut.
Kesepakatan untuk meningkatkan hubungan itu terjadi setelah Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao di Kota Hangzhou, China timur, menjelang upacara pembukaan Asian Games, kata Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (23/9).
“Kedua belah pihak akan meningkatkan dukungan timbal balik dan memperkuat kerja sama internasional,” kata Xi.
Tahun lalu, ketika Jose Ramos-Horta dilantik sebagai presiden kelima Timor Leste sejak negara itu merdeka pada 2002, penerima Hadiah Nobel tersebut berjanji untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan China, khususnya di bidang energi, pertanian, dan infrastruktur.
Ia mengatakan akan terus membina hubungan dengan Amerika Serikat (AS). Namun menambahkan bahwa Timor Leste tidak akan terlibat dalam persaingan apa pun antara Beijing dan Washington.
Timor Leste menyambut baik hubungan yang kuat dengan semua negara, termasuk tetangganya di selatan, Australia, kata Ramos-Horta pada tahun lalu.
Meningkatkan hubungan mereka, China dan Timor Leste menyetujui kerja sama di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) yang diperjuangkan oleh Xi, yang dapat membuka jalan bagi investasi di bidang infrastruktur.
Melihat ke luar Asia Tenggara, China mulai membangun hubungan erat dengan negara-negara kecil di Pasifik selama beberapa tahun terakhir, sehingga mengkhawatirkan AS dan sekutunya, Australia dan Selandia Baru. Negara-negara Barat itu telah lama memandang kawasan tersebut sebagai wilayah pengaruh mereka.
Dalam deklarasi bersama, yang disiarkan di China Central Television (CCTV) yang dikelola pemerintah pada Sabtu (23/9), Beijing mengatakan akan memberikan bantuan bagi pembangunan ekonomi dan sosial Timor Leste.
Kedua belah pihak menyepakati interaksi militer tingkat tinggi yang erat, perluasan investasi bilateral, dan kerja sama di berbagai bidang termasuk infrastruktur dan pangan, kata pernyataan itu.
Kedua pemerintah juga mengatakan mereka akan memperkuat pertukaran kebijakan energi dan mempelajari kemungkinan melakukan eksplorasi minyak dan gas bersama.
Timor Leste berencana untuk mulai memproduksi gas alam dari lapangan Greater Sunrise pada sekitar 2030, dan berharap untuk mengembangkan proyek lepas pantai yang terhenti selama beberapa dekade.
Pengembangan lapangan minyak Greater Sunrise sangat penting bagi perekonomian negara kepulauan di Asia Tenggara itu karena sumber pendapatan utamanya – lapangan minyak dan gas Bayu Undan – berhenti memproduksi gas pada awal tahun ini. [ah/ft]
Forum