China dan Papua Nugini mengadakan pembicaraan mengenai kesepakatan perdagangan bebas pada hari Jumat (3/6), ketika menteri luar negeri Beijing menyelesaikan lawatan penting di Kepulauan Pasifik dengan persinggahan terakhir di negara yang kaya sumber daya alam itu.
Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan diskusi di Ibu Iota Port Moresby berfokus pada kerja sama ekonomi dan perjanjian perdagangan yang telah lama diperdebatkan.
China sudah menjadi investor utama di Papua Nugini dan membeli banyak gas, mineral, kayu, dan sumber daya alam lainnya di negara itu.
Beijing bersaing dengan Australia untuk menjadi mitra dagang utama Papua Nugini.
Marape, yang telah bertekad untuk menjadikan negaranya sebagai negara Kristen kulit hitam terkaya di dunia, mengatakan dia ingin mengalihkan ekonomi dari bahan primer ke produk jadi yang lebih menguntungkan.
Dia telah mengundang lebih banyak investasi China dan mengatakan rencana kesepakatan perdagangan kini sedang disiapkan.
“Para pejabat China dan Papua Nugini sedang merapikan pengaturan perdagangan bebas China-PNG,” kata Marape kepada para wartawan.
“Rincian pengaturan perdagangan bebas sedang diselesaikan saat kami, sehingga kepentingan Papua Nugini tidak ditekan atau dirugikan, tetapi dipertahankan dan bahkan diperbesar,” katanya.
Komentar Marape itu disampaikan selagi China, Australia, dan sekutu-sekutu Barat lainnya berlomba untuk mendapatkan pengaruh di Kepulauan Pasifik.
Kawasan yang luas namun berpenduduk jarang itu merupakan jalur pelayaran laut yang vital dan dipandang penting secara strategis karena lokasinya yang dekat dengan wilayah di mana militer China dan AS beroperasi.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah melintasi Pasifik Selatan selama lebih dari seminggu, mendesak kasus untuk peran yang lebih besar oleh Beijing dalam keamanan regional. [lt/uh]