Pemerintah Jepang hari Rabu (25/12) mengatakan relokasi pangkalan Korps Marinir Amerika ke kawasan yang tidak ramai di bagian selatan Pulau Okinawa, Jepang, akan menghabiskan anggaran dan waktu dua kali lipat lebih banyak dibanding yang diperkirakan sebelumnya, karena perlunya menstabilkan tanah reklamasi di mana pangkalan itu akan dibangun.
Kementerian Pertahanan mengatakan relokasi Stasiun Udara Korps Marinir Amerika “Futenma” dari kawasan padat penduduk Ginowan ke Henoko di pantai timur Okinawa akan menelan biaya 8,5 miliar dolar dan memakan waktu 12 tahun.
Ini berarti pangkalan baru itu baru akan selesai tahun 2030an atau lebih dari satu dekade dibanding rencana semula, yang telah ditunda selama lebih dari 20 tahun karena tentangan warga lokal dan alasan-alasan lain.
Berdasarkan rencana sebelumnya yang telah disetujui oleh Jepang dan Amerika pada tahun 2013, pembangunan pangkalan baru itu akan menghabiskan anggaran 3,2 miliar dolar, memakan waktu sekitar lima tahun, dan diperkirakan selesai sekitar tahun 2022.
Sebagian besar tambahan biaya dan waktu kini diperlukan untuk menstabilkan dan memperkuat tanah reklamasi di lepas pantai Henoko, yang akan digunakan untuk landasan pacu, demikian pernyataan kementerian itu. Rencana baru ini telah disajikan pada panel pakar Jepang yang membahas rencana relokasi.
Banyak warga Okinawa, termasuk Gubernur Denny Tamaki, menentang pemindahan pangkalan itu dengan mengatakan, keberadaan pangkalan itu Okinawa seharusnya ditutup. Kehadiran militer Amerika dalam jumlah sangat besar di Okinawa telah menjadi sumber konflik sejak lama antara Okinawa dengan pemerintah Jepang dan Amerika.
Namun demikian pemerintah secara paksa tetap memulai reklamasi di bagian timur pulau itu pada Desember 2018, meskipun ada demonstrasi berulangkali oleh warga di Okinawa.
Sekitar separuh dari 50.000 tentara Amerika di Jepang ditempatkan di Okinawa. Tiga puluh instalasi di pulau itu atau sekitar 70% pulau itu digunakan oleh militer Amerika di Jepang, sehingga memicu protes warga yang menilai telah memikul beban lebih besar dibanding seharusnya.
Mereka yang menentang keberadaan pangkalan militer Amerika itu juga mengatakan rencana relokasi seharusnya dihapus karena alasan lingkungan hidup, mengingat lokasi itu merupakan habitat bagi dugong dan karang laut. (em/my)