Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dijadwalkan akan mengunjungi Washington pada pekan depan. Lawatan kenegaraan itu dilakukan di tengah kekhawatiran Eropa terhadap sikap tegas Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Ukraina serta pendekatannya terhadap Moskow dalam konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Para pemimpin dua negara bersenjata nuklir di Eropa itu akan bertolak secara terpisah dan diperkirakan bakal membujuk Trump agar tak buru-buru membuat kesepakatan gencatan senjata dengan Vladimir Putin. Mereka diperkirakan juga akan meminta Trump tetap melibatkan Eropa dalam negosiasi tersebut, sekaligus juga akan membahas isu jaminan militer untuk Ukraina.
Macron, yang berusaha memanfaatkan hubungannya dengan Trump sejak masa jabatan pertama mereka, menegaskan bahwa menerima kesepakatan buruk yang membuat Ukraina menyerah justru akan menunjukkan kelemahan di mata musuh Amerika Serikat, termasuk China dan Iran.
"Saya akan katakan kepadanya: jauh di lubuk hati Anda, Anda tidak boleh lemah di hadapan Presiden (Putin). Itu bukan Anda, itu bukan apa yang Anda miliki, dan itu bukan demi kepentingan Anda," ujar Macron dalam sesi tanya jawab selama satu jam di media sosial, menjelang kunjungannya ke Gedung Putih pada Senin (24/2).
Kunjungan itu berlangsung di tengah ketegangan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang disebut Trump sebagai "diktator." Pernyataan tersebut memicu kekhawatiran di antara sekutu Kyiv di Eropa, yang sudah goyah akibat pendekatan Amerika Serikat yang lebih agresif dalam perdagangan, diplomasi, dan bahkan politik domestik Eropa.
Philip Golub, profesor hubungan internasional di Universitas Amerika di Paris, mengatakan bahwa langkah cepat Trump dalam beberapa pekan awal kepemimpinannya, ditambah dengan retorika pejabat Amerika Serikat lainnya, mengejutkan banyak pihak di Eropa.
"Mereka tidak dapat menduga bahwa entah bagaimana di dalam Amerika Serikat akan muncul koalisi kekuatan ultra-nasionalis yang benar-benar akan menantang suara Eropa dalam urusan dunia dengan cara yang begitu gamblang dan kuat," katanya kepada Reuters.
Ia menyebut Macron merasa memiliki "peran bersejarah" dalam perjalanannya ke Washington untuk memastikan Eropa turut serta dalam negosiasi akhir terkait Ukraina. "Namun, apakah ia benar-benar bisa mencapai sesuatu dalam kunjungan ini adalah persoalan lain," tambahnya.
Starmer, yang sebelumnya menegaskan bahwa akhir perang tidak boleh menjadi "jeda sementara sebelum Putin menyerang lagi," dijadwalkan berada di Washington pada Kamis (27/2).
Dalam podcast Fox News pada Jumat (21/2), Trump menilai Macron dan Starmer selama ini tidak berbuat banyak untuk mengakhiri perang. "Tidak ada pertemuan dengan Rusia!" ujarnya, meskipun ia tetap menyebut Macron sebagai "teman saya" dan Starmer sebagai "orang yang sangat baik."
Namun, kedua negara tersebut ingin menegaskan kepada Trump bahwa mereka siap memikul tanggung jawab lebih demi menjaga keamanan Eropa.
Inggris dan Prancis tengah memperkuat koordinasi dengan sekutu mengenai jaminan militer bagi Ukraina. Kedua pemimpin mereka akan berupaya meyakinkan Trump agar Amerika Serikat tetap terlibat dalam setiap kesepakatan pasca gencatan senjata, menurut pejabat Barat. [ah/ft]
Forum