Setelah perundingan yang dilakukan sejak jam 10.30 malam tidak membuahkan hasil, sekitar jam 12 malam aparat keamanan akhirnya mengambil langkah tegas untuk membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata.
Massa membalas dengan melemparkan botol, petasan dan membakar sejumlah benda. Siaran langsung yang dilakukan beberapa televisi nasional memperlihatkan upaya aparat memukul mundur massa terjadi hingga sekitar jam tiga dini hari.
Upaya persuasif polisi dengan melakukan perundingan atau menyampaikan himbauan berulangkali lewat pengeras suara, agar massa membubarkan diri, pulang dan sahur, serta menghormati bulan puasa, tetap tak diindahkan.
Tak jelas apa yang membuat massa masih tetap mendatangi dan bertahan di depan kantor Bawaslu, meskipun KPU telah mengumumkan hasil rekapitulasi suara nasional Senin dini hari (21/5), lebih cepat satu hari dari jadwal.
Hasil rekapitulasi yang diumumkan KPU menunjukkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul dengan 55,50% suara; sementara capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meraih 44,50% suara. Total suara sah yang diperoleh pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin adalah 85.607.362 dari total suara sah nasional yaitu 154.257.601 suara.
Upaya sebagian elit politik untuk mendinginkan situasi setelah pengumuman KPU itu pun tidak menyurutkan massa turun ke jalan. Termasuk Prabowo Subianto yang berbicara melalui rekaman video Selasa (21/5) dini hari.
“Kalau saudara sungguh-sungguh mau mendengarkan saya. Saya terus mengimbau agar semua kegiatan berjalan dengan semangat perdamaian. Langkah kita adalah langkah konstitusional, demokratis, tapi damai, tanpa kekerasan apapun! Mereka-mereka yang masih percaya dengan saya dan kawan-kawan disini, pendukung dan tokoh-tokoh bangsa dan nasional; kami berjuang bukan untuk pribadi, tetapi sungguh-sungguh untuk kedaulatan rakyat, untuk demokrasi, untuk Indonesia merdeka, bebas dari penjajahan dalam bentuk apapun. Penjajahan terselubung, penjajahan yang direkayasa dengan manis, tetap penjajahan.”
Sri Sultan Himbau Semua Pihak Dinginkan Suasana
Sri Sultan Hamengkubuwono X juga menyampaikan imbauan kepada semua pihak untuk mendinginkan suasana.
“Diharapkan agar para pihak menginisiasi rekonsiliasi untuk mendinginkan suasana kebatinan para pendukungnya, dengan penuh lapang dada guna menjaga persatuan bangsa,” katanya.
Secara khusus Ngarso Dalem menyampaikan imbauan kepada kedua pasangan capres-cawapres. Khusus untuk pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan para pendukungnya, Sri Sultan menganjurkan untuk memilih jalur hukum dan bukan demokrasi jalanan untuk menyampaikan keberatan terhadap hasil pemilu.
“Agar tetap mengedepankan sikap ksatria. Kalau pun masih dirasa ada keberatan, hendaknya ditempuh melalui jalur hukum dengan dukungan bukti-bukti yang sah dan meyakinkan. Dengan harapan lanjut agar tidak membawanya ke ranah demokrasi jalanan, karena hal ini akan menjadi penghalang percepatan demokratisasi kita,” imbuhnya.
SBY Berdoa Agar Situasi Tetap Aman
Susilo Bambang Yudhoyono, selaku pribadi dan ketua Partai Demokrat, Selasa malam juga menyampaikan rasa syukurnya karena aksi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi ketika KPU mengumumkan hasil rekapitulasi tidak terjadi. Ia berdoa agar selanjutnya situasi tetap aman.
“Kita juga bersyukur dan lega karena isu akan terjadinya aksi kerusuhan massa saat KPU mengumumkan perolehan suara, utamanya hasil pilpres 2019, alhamdulillah tidak terjadi. Paling tidak hari ini. Saya berdoa kepada Allah SWT agar suasana damai, aman dan tertib dapat terus dijaga. Meskipun ruang bagi rakyat untuk menyampaikan pendapat, termasuk aksi protes, tetap dibuka dan dijamin oleh negara. Kuncinya adalah protes apapun dilakukan secara bertanggung jawab, tertib dan damai,” harap SBY.
Sedikitnya 50.000 Personil Aparat Gabungan Amankan Jakarta 21-22 Mei
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol. Argo Yuwono dalam pesan pendek pada VOA mengatakan mengerahkan 50.000 personil pasukan gabungan untuk mengamankan situasi di Jakarta pada hari Selasa dan Rabu (22/5), yang diperkirakan menjadi puncak protes massa terhadap pengumuman KPU.
Polisi sebelumnya memastikan seluruh personil yang diturunkan mengamankan situasi tidak dibekali peluru tajam.
"Diinstruksikan secara jelas oleh Kapolri dan Panglima, agar pasukan tidak dibekali peluru tajam. Jadi kalau besok ada penembakan peluru tajam, dipastikan itu bukan Polri. Itu penumpang gelap," ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen M. Iqbal dalam konferensi pers bersama Staf Kemenko Polhukam, Selasa (22/5). (em)